(Vibizmedia – Nasional) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, melalui keterangan tertulisnya, Senin (25/1/2021), menyampaikan bahwa pemerintah sedang menyiapkan rencana strategi pengembangan biodiesel melalui mandatori B30 dan B40.
Menurut Menteri Arifin, pemerintah tengah berupaya mengembangkan berbagai bahan baku dari sumber daya alam domestik lainnya sebagai pengganti kelapa sawit. Namun pengembangan ini disertai dengan meminimalkan pembukaan lahan atau hutan.
“Kementerian ESDM bekerja sama dengan stakeholders terkait untuk menggunakan lahan reklamasi, atau pasca tambang dan mengupayakan tanaman yang cocok berdasarkan kondisi lahan dan iklim,” kata Arifin.
Hingga 2020, kata Arifin, realisasi pemanfaatan biodiesel untuk kebutuhan domestik sebesar 8,46 juta kiloliter (KL). Pemanfaatan biodiesel ini berdampak pada penghematan devisa sebesar Rp38,31 triliun berdasarkan perhitungan menggunakan rata-rata MOPS solar 2020 sebesar US$ 50 per BBL dengan kurs Rp14.400 per dolar AS.
Selain itu, Arifin menuturkan beberapa inovasi menuju netralitas karbon melalui co-firing PLTU, dan penggantian diesel dengan pembangkit listrik energi terbarukan.
“Pemerintah bersama BUMN, PT Pertamina (Persero), tengah mengembangkan Green Refineries untuk memproduksi Green Diesel,” ujarnya
Ia menambahkan, pemerintah akan menyiapkan dukungan regulasi, insentif, dan infrastruktur pendukung, termasuk mendorong pengembangan industri pendukung.
B30 adalah pencampuran 30 persen Biodiesel dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis Solar, yang menghasilkan produk Biosolar B30. Sedangkan B40 merupakan campuran 40 persen biodiesel dan 60 persen solar.
Sebelumnya, pemerintah menyatakan perlu kestabilan harga biodiesel agar program pengembangan biodiesel mulai dari B30 dan seterusnya dapat berlanjut dengan aman.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.
Emy T/Journalist/BD
Editor: Emy Trimahanani
Foto: ESDM