Ketersediaan Air Bersih, Menko Muhadjir: Kontribusi Cegah Stunting

0
546
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sumba Barat Daya untuk mengecek langsung penanangan stunting di salah satu kabupaten pada Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada 17 November 2020. FOTO: KEMENKO PMK

(Vibizmedia-Nasional) Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menegaskan masalah ketersediaan air bersih sangat erat kaitannya dengan isu pembangunan manusia, khususnya masalah stunting pada anak.

Hal tersebut disampaikannya saat peringatan Hari Air Sedunia ke-29 di Bendungan Sindangheula, Kabupaten Serang, Banten, pada 22 Maret 2021.

“Keberadaan air bersih ini sangat terkait erat dengan masalah-masalah pembangunan manusia khususnya di bidang kesehatan, dan terutama berkaitan dengan upaya kita perang melawan stunting,” kata Muhadjir.

Menurutnya, saat ini angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia masih sebesar 27,67%. Presiden RI Joko Widodo pun telah mencanangkan target penurunan stunting menjadi 14% di tahun 2024.

Muhadjir yang juga merupakan Ketua Pengarah Gugus Tugas Percepatan Penyediaan Air Minum mengatakan, ketersediaan air bersih dan sanitasi layak berkontribusi besar dalam penanganan stunting. Dirinya menyampaikan intervensi penyediaan air minum, sanitasi yang layak serta perubahan perilaku berkontribusi 70% dalam pencegahan stunting.

“Jadi bukan hanya soal gizi bayi, bukan hanya pemberian asupan gizi yang memenuhi standar untuk ibu hamil ibu menyusui. Tetapi penyediaan air minum dan sanitasi layak mempunyai share yang besar” ungkapnya.

Akses terhadap air bersih dan pelayanan sanitasi dasar merupakan salah satu program prioritas nasional. Hal itu terbukti dengan adanya Perpres Nomor 185 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi.

Diketahui, tahun 2020, sebanyak 90.21% rumah tangga memiliki akses air mimum layak, dan 20,69% rumah tangga memiliki air minum perpipaan. Sedangkan, pada tahun 2024, Indonesia harus mencapai 100% akses air minum layak, 15% akses air minum aman, 30% akses air minum perpipaan, dan 10 juta sambungan rumah.

Karena itu, Muhadjir mengatakan pemerintah terus berupaya melakukan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi yang aman. Dia mengatakan, berdasarkan Perpres Nomor 185 Tahun 2014 tentang Percepatan dan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi, terdapat empat kebijakan dan strategi yang ditekankan pemerintah.

“Pertama, peningkatan tata kelola kelembagaan untuk penyediaan air minum layak dan aman, Kedua, peningkatan kapasitas penyelenggara air minum, Ketiga, pengembangan dan pengelolaan Sistim Penyediaan Air Minum (SPAM), Keempat, perubahan perilaku masyarakat serta upaya konservasi sumberdaya air,” katanya.

Untuk merawat ketersediaan air bersih, lanjutnya, maka perlu dibentuk perilaku masyarakat yang menghargai dan memanfaatkan air dengan bijak.

“Ini kerja keras kita bagaimana mengetuk ruang kesadaran masyarakat kita. Sehari-hari kita masih berperilaku boros terhadap air tidak pernah berpikir bahwa setiap tetes air itu mengandung makna untuk kehidupan,” jelasnya.

“Melalui momentum Hari Air Sedunia ke-29 ini saya mengajak semua pihak untuk mewujudkan pembangunan air minum yang aman bagi semua masyarakat di tahun 2030 melalui kerja sama semua pihak baik pusat dan daerah,” tambahnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here