
(Vibizmedia – Dubai) Dalam perhelatan Conference of Parties (COP) ke-28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu (3/12), PT Pertamina (Persero) mendorong percepatan pengembangan energi terbarukan.
Di antara sumber energi terbarukan ini yang paling potensial adalah panas bumi, seperti yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE).
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Julfi Hadi menyampaikan, panas bumi berkembang menjadi energi terbarukan yang paling potensial untuk mengurangi karbonisasi sektor industri di Indonesia.
Juga menciptakan peluang berkelanjutan dalam transformasi menuju pemanfaatan sumber daya energi yang ramah lingkungan.
Menurutnya, hal ini karena panas bumi memiliki ketersediaan terbaik di antara energi terbarukan lainnya serta dapat dikontrol. Selain itu dengan potensinya yang sangat besar di Indonesia, panas bumi mampu menjadi baseload hijau untuk sektor industri, sebagai sumber energi terbarukan strategis yang utama.
Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2021-2030 dan dokumen hijau PGE, secara keseluruhan industri panas bumi Indonesia diperkirakan akan berkontribusi hingga 16 persen dari total target dekarbonisasi nasional di tahun 2030.
Julfi menambahkan, jika pertumbuhannya mengikuti rencana skenario agresif, Pertamina Geothermal Energy sendiri akan berkontribusi terhadap 5 persen pengurangan karbon nasional pada tahun 2030 serta berkontribusi 89 juta ton penghindaran CO2 selama 10 tahun kedepan.
Selain itu, PGE juga memiliki inisiatif beyond geothermal untuk mendorong upaya dekarbonisasi, di antaranya dengan menjajaki bisnis rendah karbon, yaitu green hydrogen dan green methanol.
Serta mempromosikan sistem kredit karbon di Indonesia yang sedang berkembang dengan memasok kredit karbon ke agregator utama Pertamina Geothermal Energy, yaitu Pertamina New Renewable Energy (PNRE).
Terkait dengan upaya memperluas dampak perseroan terhadap perjalanan dekarbonisasi di Indonesia, Julfi mengungkapkan, saat ini PGE sedang mengembangkan produk sekunder (secondary product) panas bumi.
Julfi menjelaskan, beberapa produk sekunder yang sedang dikembangkan oleh Pertamina Geothermal Energy diantaranya green methanol, green hydrogen, dan ekstraksi silika.
Di perhelatan COP ke-28 ini juga dilaksanakan joint statement kemitraan lapangan panas bumi Suswa, Kenya antara PGE, Geothermal Development Company (GDC), dan salah satu pemegang saham PGE, Masdar.
Joint statement ini diumumkan Presiden Republik Kenya H.E. William Ruto pada Sabtu (2/12) waktu setempat.
Presiden H.E. William Ruto menyatakan, kemitraan yang memiliki nilai investasi USD 1,2 miliar ini ditujukan untuk pengembangan 300 MW tenaga panas bumi pada tahun 2030. Infrastruktur awal proyek ini pun akan segera dimulai.
Lebih lanjut, PGE juga aktif menjalin kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan guna mengakselerasi pengembangan panas bumi.
Julfi menegaskan, hal ini dilakukan dengan menjajaki pengaturan baru guna memasok listrik ramah lingkungan kepada pelanggan yang dapat membuat listrik panas bumi lebih mudah diakses, optimalisasi teknologi, serta kerja sama dengan lembaga keuangan yang berfokus pada ESG yang mampu membiayai/membiayai kembali proyek-proyek baru panas bumi.