BRIN Kembangkan Aplikasi Smart Magnetic CADR Dukung Riset dan Inovasi Alutsista

0
329
BRIN bersama PT. Pindad, dan PT Sigma Utama melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama CADR (Foto: BRIN)

(Vibizmedia – Jakarta) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Material Maju (PRMM) telah berhasil mengembangkan aplikasi bahan smart magnetic yang digunakan sebagai pigmen Cat Antideteksi Radar (CADR) untuk mendukung perkembangan riset dan inovasi terkait alat utama sistem senjata (alutsista).

Dikutip dari berita Humas BRIN pada Kamis (21/3/2024), BRIN bersama PT Pindad dan PT Sigma Utama melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama CADR, untuk mengembangkan riset dan inovasi terkait alutsista yang menggunakan aplikasi bahan smart magnetic.

Kepala PRMM BRIN, Wahyu Bambang Widayatno, mengatakan terjalinnya kerja sama yang bermitra dengan industri, dapat mengetahui sejauh mana kebutuhan dan permasalahan, dari proses pembuatan hingga ke penjualan. Hal itu bisa dibawa ke ranah riset di level laboratorium.

Wahyu menjelaskan, dengan tujuan agar hasil-hasil riset itu bermanfaat bagi masyarakat maka hal ini mendorong para periset untuk berkolaborasi dengan industri.

Ia juga selalu konsisten untuk mendorong para periset supaya bisa mengembangkan hasil riset dan inovasi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Direktur Utama PT. Sigma Utama, Benny F Simanjuntak, mengharapkan supaya kerja sama antara CADR bisa memberikan nilai tambah untuk memperkuat sistem pertahanan dan keamanan Indonesia, serta, pihaknya juga melakukan riset terkait solar panel.

Benny menjelaskan, cat yang digunakan pada CADR juga bisa berfungsi sebagai solar panel.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PT. Pindad, Sigit P. Santosa, menyampaikan, bahwa semua pihak memiliki peran penting untuk  terlibat bersama sama menjalankan strategi khusus melalui pengembangan smart magnetic ini, sehingga kerja sama yang telah disepakati bisa diterapkan dan menjadi prioritas khusus.

“Kerja sama riset itu menjadi capaian luar biasa yang akan menjadi teaching lab dari masing-masing periset yang juga langsung masuk hilirisasi, industri kemitraan, serta dukungan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP),” ujar Sigit.

Direktur Fasilitas Riset LPDP, Wisnu Sardjono Soenarso, turut mengutarakan pendapatnya bahwa untuk menyeimbangkan teori juga harus diimplementasikan melalui kegiatan riset untuk menunjang berbagai sektor seperti industri dan lainnya.

“Kalau hanya untuk knowledge saja itu sulit bagi perindustrian yang mau commit untuk hilirisasi. Dana penelitian itu selalu ada, tinggal kita bagaimana mencari sumbernya itu dari mana,” ujar Sardjono.

Ia juga berharap dengan adanya kerja sama tersebut, semoga menghasilkan sumber daya manusia yang bisa memaksimalkan suatu pekerjaan dan mampu mengolah resiko yang ada.

“Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, artinya kita akan memiliki berbagai sumber daya yang bisa digunakan secara optimum dan bersama-sama mengelola risiko,” ujarnya