Dalam ASEAN Sugar Alliance 2024 ID FOOD Berkolaborasi dengan Para Pelaku Usaha Pergulaan ASEAN

0
409
ID FOOD mengajak pelaku industri lintas negara untuk memperkuat sektor gula nasional dan regional melalui ASEAN Sugar Alliance 2024. (Foto: ID Food)

(Vibizmedia – Jakarta) ID FOOD, sebagai perusahaan induk dari BUMN pangan, memiliki peran penting dalam pertemuan ASEAN Sugar Alliance (ASA) 2024 yang ke-6 di Indonesia pada 24-25 Juni 2024. PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau Holding BUMN Pangan ID FOOD menjadi penyelenggara event ini bersama Asosiasi Gula Indonesia (AGI)

Event ini merupakan wadah dan sarana bagi para pelaku industri pergulaan dari 8 negara Asia Tenggara untuk membahas berbagai isu strategis terkait masa depan industri gula di kawasan ASEAN.

ID FOOD menyuarakan urgensi swasembada serta pentingnya upscaling produksi gula melalui penerapan teknologi dan digitalisasi di seluruh tahapan rantai pasok.

Melalui keterangannya pada Selasa, (24/6/2024), di Jakarta, Direktur Utama ID FOOD Sis Apik Wijayanto mengatakan, Holding BUMN Pangan ID FOOD memiliki konsen yang tinggi terhadap sektor pergulaan. Hal ini dikarenakan industri gula merupakan lini bisnis terbesar perseroan, di mana pada tahun 2023, lini bisnis gula berkontribusi 37% terhadap keseluruhan pendapatan ID FOOD Group.

Sis Apik Wijayanto menambahkan, entitas bisnis ID FOOD sendiri mengelola 7 pabrik di Jawa Barat dan Jawa Timur, dengan lahan  garapan sebanyak 55 ribu ha baik lahan yang berstatus HGU maupun kemitraan, serta berkontribusi sekitar 270 ribu ton gula setiap tahun. Tahun ini ID FOOD menargetkan produksi gula di angka 296 ribu ton, atau tumbuh 13% dibandingkan pencapaian tahun 2023.

Selain penting bagi keberlanjutan bisnis perseroan, pertumbuhan industri gula juga penting untuk pemenuhan kebutuhan permintaan gula nasional dan regional.

Sis Apik menyatakan, gula juga merupakan komoditas pangan strategis yang penting dengan tingkat konsumsi yang terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Angka produksi gula di Indonesia baru dapat memenuhi 66,7% jumlah kebutuhan konsumsi gula dalam negeri.

Berdasarkan kondisi tersebut upaya mewujudkan swasembada gula perlu terus didorong dan disuarakan, terutama di negara-negara regional yang masih mengalami ketergantungan pasokan gula yang tinggi.

Menurutnya, pemerintah Indonesia sendiri saat ini semakin serius untuk terwujudnya swasembada gula. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023, tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

Untuk mendorong swasembada gula, Sis Apik mengaku ID FOOD siap melakukan kolaborasi melalui kerja sama pengembangan, pendistribusian, dan investasi dengan para pelaku usaha pergulaan ASEAN.

Sis Apik menyatakan bahwa saat ini ID FOOD telah melakukan musim giling diseluruh pabrik gula yang dimiliki ID FOOD. Pihaknya juga sangat terbuka bagi seluruh pelaku industri gula yang hadir dalam forum ASA untuk mengunjungi pabrik gula ID FOOD sekaligus membuka kesempatan selebar lebarnya untuk berkolaborasi dan berinvestasi.

Ia berharap, dengan kolaborasi lintas regional yang baik, ASEAN memiliki ketahanan pangan yang kuat khususnya untuk komoditas gula. Lebih dari itu, diharapkan negara-negara ASEAN dapat tumbuh dan berkontribusi sebagai pemasok utama kebutuhan gula dunia.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi yang turut hadir dalam forum ASA mengajak pelaku usaha gula se-Asia Tenggara untuk semakin memperkuat implementasi prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).

Arief Prasetyo Adi menyatakan, kondisi dunia sekarang ini penuh tantangan. Untuk itu dengan adanya forum ASEAN Sugar Alliance dapat menjadi wadah dalam berbagi pengetahuan, bertukar pandangan, dan berkolaborasi mengenai isu dan kondisi terkini. Mengingat ini merupakan kesempatan berharga bertukar pengetahuan guna mengembangkan kebijakan, inovasi, dan teknologi.

Dalam forum tersebut AGI juga turut memaparkan mengenai statistik dan tantangan industri gula Indonesia, diantaranya tantangan infrastruktur pabrik gula, hilirisasi, integrasi industri gula, energi, dan bioethanol, serta pertumbuhan areal Perkebunan tebu, serta riset dan inovasi yang harus terus ditingkatkan.

Pertemuan dihadiri oleh perwakilan pemerintahan dan pelaku industri gula dari 8 negara, seperti Indonesia sebagai negara tuan rumah, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippines, Thailand, Vietnam, dan Australia.