APBN Juli 2024 Defisit Rp 93,4 T, Sri Mulyani: Pengaruh Penerimaan Bea Cukai dan Bea Keluar

0
369
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO: KEMENKEU

(Vibizmedia-Nasional) Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai Juli 2024 defisit Rp93,4 triliun atau setara dengan 0,41% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Dari total postur, bulan Juli kita mengalami defisit Rp 93,4 triliun atau 0,41% dari PDB. Masih kecil dibandingkan total target defisit tahun ini yang seperti dalam APBN yaitu 2,2%,” jelas Sri Mulyani dalam keterangannya, pada Selasa, 13 Agustus 2024.

Defisit APBN ini, terangnya, berarti pendapatan lebih kecil dibanding jumlah pengeluaran pemerintah. Meski begitu, dari sisi keseimbangan primer tercatat masih surplus Rp179,3 triliun.

Sedangkan, pendapatan negara sampai Juli 2024 terkumpul Rp1.545,4 triliun atau turun 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan itu berasal dari pajak, bea cukai, serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

“Pendapatan negara terkumpul 55,1% dari target tahun ini. Growth-nya negatif 4,3%, jauh lebih kecil dari growth negatif bulan lalu. Jadi ini sudah mulai membaik sekarang,” terang Sri Mulyani.

Menurut Sri Mulyani, kinerja pertumbuhan ini dipengaruhi oleh perubahan penerimaan bea cukai dan bea keluar. Kemudian, belanja negara sebesar Rp 1.638,8 triliun atau 49,3% dari pagu. Belanja ini tumbuh 12,2% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu.

Dengan perkembangan ini, dia melihat perekonomian Indonesia yang mempengaruhi pergerakan APBN masih dibayangi oleh kondisi global, yakni risiko resesi AS.

Saat pendapatan negara turun, belanja negara yang terdiri dari belanja Kementerian dan Lembaga, belanja non K/L dan transfer ke daerah telah mencapai Rp1.638,8 triliun atau melonjak 12,2% sampai akhir Juli 2024.

“Kita sudah membelanjakan 49,3% dari pagu. Kalau kita lihat growth dari belanja kita cukup tinggi dan ini konsisten,” ungkap Sri Mulyani.