(Vibizmedia – Jakarta) Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2025 kembali mencatatkan surplus sebesar USD3,45 miliar, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya maupun periode yang sama pada 2024. Surplus ini memperpanjang tren positif neraca perdagangan Indonesia selama 57 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menjelaskan bahwa neraca perdagangan Indonesia tetap menunjukkan ketahanan di tengah kondisi perdagangan global yang masih melemah. Menurutnya, surplus tersebut didorong oleh peningkatan nilai tambah produk serta diversifikasi perdagangan, yang tercermin dari kontribusi sektor industri pengolahan, pertanian, dan perkebunan yang mengalami peningkatan.
Pada Januari 2025, ekspor Indonesia tercatat mencapai USD21,45 miliar, naik 4,68% secara tahunan (yoy). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh ekspor nonmigas, meskipun ekspor migas mengalami kontraksi. Secara sektoral, ekspor sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing tumbuh sebesar 45,46% dan 14,02% secara tahunan. Namun, ekspor tiga komoditas utama, yaitu CPO, batubara, serta besi dan baja, mengalami penurunan. Dari sisi negara tujuan, Tiongkok masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia dengan pangsa 22,40%, diikuti oleh Amerika Serikat (11,48%) dan India (6,02%), sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa masing-masing mencapai 20,07% dan 6,42%.
Di sisi lain, impor Indonesia pada Januari 2025 tercatat sebesar USD18,00 miliar, mengalami kontraksi sebesar 2,67% secara tahunan. Penurunan ini dipengaruhi oleh kontraksi impor migas dan nonmigas. Berdasarkan penggunaannya, impor barang modal mengalami pertumbuhan, sementara impor barang konsumsi serta bahan baku dan penolong mengalami penurunan.
Negara asal impor terbesar masih didominasi oleh Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat dengan kontribusi masing-masing sebesar 40,86%, 7,42%, dan 4,92%. Sementara itu, impor dari ASEAN menyumbang 15,41% dan dari Uni Eropa sebesar 5,60%.
Febrio menambahkan bahwa pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan ekonomi global terhadap ekspor nasional serta menyiapkan langkah antisipasi, termasuk mendorong hilirisasi sumber daya alam, meningkatkan daya saing produk ekspor, dan memperluas diversifikasi mitra dagang utama.