(Vibizmedia– IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka anjlok 1,51%. Dalam dua menit perdagangan awal hari ini, Jumat (28/2/2025), IHSG turun 97,72 poin atau ke level 6.387,73.
Sebanyak 241 saham turun, 103 naik, dan 178 tidak berubah. Nilai transaksi pada awal perdagangan hari ini mencapai Rp424,55 miliar yang melibatkan 407,39 juta saham dalam 29.451 kali transaksi.
Mengutip Refinitiv, secara sektoral pemberat utama IHSG hari ini adalah saham bahan baku yang secara kolektif turun 2,01%. Lalu diikuti sektor finansial yang merosot 1,65% dan properti 1,77%.
Hanya dua sektor yang berada di zona hijau pada awal perdagangan hari ini, yaitu energi dan kesehatan. Itupun penguatan keduanya terbilang tipis atau masing-masing 0,22% dan 0,01%.
Pasar keuangan Indonesia hari ini diperkirakan masih akan tertekan karena banyaknya sentimen negatif, terutama dari luar negeri. Kebijakan tarif Trump hingga pengumuman data inflasi PCE serta lonjakan dolar AS berpotensi membuat pasar lesu.
Selain itu, Presiden Trump kembali mempertegas kebijakan proteksionisme ekonomi AS dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25%. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada 4 Maret, sementara China akan dikenakan tambahan tarif 10% pada tanggal yang sama. Tentu saja keputusan ini menambah ketidakpastian di pasar global.
Sementara itu, hari ini, 28 Februari 2025, Morgan Stanley Capital International (MSCI) akan melakukan cutoff perubahan bobot saham Indonesia dalam indeks globalnya. Efektif per 3 Maret 2025, MSCI mengurangi bobot Indonesia dari 2,2% menjadi 1,5%, yang diperkirakan memicu tekanan jual dari investor asing dalam beberapa hari ke depan.
Selain rebalancing MSCI, pelaku pasar hari ini juga menanti rilis data Core Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index. Atau inflasi peribadi konsumen AS untuk Januari 2025. Inflasi PCE menjadi pertimbangan utama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Sementara pasar saham Asia anjlok pada perdagangan Jumat (28/2) ini, kekuatiran akan eskalasi perang dagang global membebani sentimen investor.
Sedangkan dolar AS bertahan di dekat level tertinggi dalam beberapa minggu terakhir terhadap mata uang mitra dagang utama AS.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting