RDG BI 18-19 Maret 2025 Memutuskan Mempertahankan BI-Rate Sebesar 5,75%

0
724
RDG BI 18-19 Maret 2025 Memutuskan Mempertahankan BI-Rate Sebesar 5,75%
Sumber: Youtube Bank Indonesia

 

(Vibizmedia – Economy & Business) – Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75%. Demikian juga suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1. Juga mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang tetap tinggi. Dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam memanfaatkan ruang penurunan BI-Rate dengan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar Rupiah.

Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah. Hal ini untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.

Sinergi dilakukan dalam 7 (tujuh) area kebijakan, yakni
i) kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dalam memitigasi gejolak global,
ii) koordinasi kebijakan moneter dan fiskal,
iii) upaya mendorong pembiayaan ekonomi melalui KLM,
iv) dukungan dalam mengakselerasi transformasi digital Pemerintah,
v) upaya memperkuat hilirisasi dan ketahanan pangan,
vi) dukungan dalam mendorong pengembangan ekonomi hijau, syariah, dan inklusi,
vii) serta dukungan dalam pembangunan sumber daya manusia.

Selain itu, Bank Indonesia terus mempererat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Bank Indonesia juga memperkuat dan memperluas kerja sama internasional di area kebanksentralan.

Termasuk konektivitas sistem pembayaran dan transaksi menggunakan mata uang lokal. Serta memfasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait.

BI juga membahas ketidakpastian global tetap tinggi akibat kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang makin luas.

Di AS, kebijakan tarif impor berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di tengah meningkatnya pemberian insentif fiskal. Sementara laju penurunan inflasi tidak secepat yang diprakirakan.

Ekonomi Eropa, Jepang, dan India juga terkena dampak rambatan kebijakan tarif impor AS tersebut di tengah permintaan domestik yang belum meningkat. Ini akibat keyakinan usaha yang rendah dan ekspor yang melambat.

Sementara itu, pelemahan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebagai akibat kebijakan tarif impor AS tertahan dengan kebijakan pelebaran defisit fiskal 2025 dari yang ditargetkan. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 diprakirakan sebesar 3,2%.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting