Menko Airlangga bersama Dubes AS Bahas Kebijakan Tarif dan Penguatan Kemitraan Dagang

0
228
Foto: Humas Ekon

(Vibizmedia – Jakarta) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dikabarkan telah menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, H.E. Kamala S. Lakhdhir, pada Selasa (8/4/2025). Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak membahas kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat serta langkah-langkah strategis untuk memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi antara kedua negara.

Pemerintah Indonesia disebut tengah merespons kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen dari AS yang dijadwalkan berlaku mulai 9 April 2025, dengan mengedepankan pendekatan negosiasi ketimbang melakukan retaliasi. Salah satu strategi yang diambil adalah melalui revitalisasi Perjanjian Kerja Sama Perdagangan dan Investasi Indonesia-AS (TIFA) yang telah berlaku sejak 1996.

Dalam rangka merespons kebijakan tersebut, pemerintah juga disebut akan menempuh beberapa langkah strategis, seperti deregulasi Non-Tariff Measures (NTMs), termasuk relaksasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk sektor teknologi informasi dari AS, evaluasi terhadap kebijakan Lartas, serta percepatan sertifikasi halal.

Kedua negara juga diketahui mendiskusikan opsi untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, di mana Pemerintah Indonesia mempertimbangkan pemberian insentif fiskal dan non-fiskal guna mendorong impor produk dari AS sekaligus menjaga daya saing ekspor nasional.

Menanggapi hal itu, Dubes Kamala menyampaikan bahwa Pemerintah AS, melalui Kedutaannya di Jakarta, siap memfasilitasi komunikasi dan proses negosiasi antara kedua negara. Ia juga mengonfirmasi bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan USTR dan Departemen Perdagangan AS, serta siap menjembatani pertemuan strategis lainnya bila diperlukan.

Pertemuan tersebut ditutup dengan penegasan dari Menko Airlangga mengenai pentingnya hubungan kemitraan strategis antara Indonesia dan Amerika Serikat, serta harapan agar kerja sama yang lebih seimbang dan saling menguntungkan dapat terus dikembangkan melalui dialog konstruktif.