Indonesia–Korea Selatan Perkuat Kolaborasi Industri Manufaktur dan Ekonomi Digital

0
331

(Vibizmedia – Jakarta) Indonesia dan Korea Selatan terus mempererat hubungan bilateral yang telah terjalin selama lebih dari lima dekade, dengan fokus baru pada penguatan kerja sama di sektor industri manufaktur guna mendukung pertumbuhan ekonomi kedua negara. Di tahun 2025 ini, hubungan diplomatik kedua negara memasuki usia ke-52.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan harapan agar kemitraan ekonomi dan industri dengan Korea Selatan dapat terus tumbuh dan menghasilkan manfaat bersama. Hal ini disampaikan usai pertemuannya dengan Chairman Federation of Korean Industries (FKI), Shin Dong Bin, di Jakarta, Selasa (29/4).

“Kami ingin investasi dari Korea Selatan memberikan dampak positif baik untuk Indonesia maupun bagi pelaku industrinya sendiri. Prinsipnya harus win-win,” ujar Agus.

Menperin menambahkan, pertemuan tersebut bertujuan menggali aspirasi pelaku industri Korea Selatan dan merespons tantangan yang mereka hadapi di lapangan. Banyak perusahaan Korsel, lanjutnya, telah berkontribusi besar dalam sektor elektronik, otomotif, teknologi hijau, hingga transformasi digital di Indonesia.

“Kami juga membahas peluang kerja sama baru di sektor industri hijau, digitalisasi, dan pengembangan industri halal,” jelasnya.

Delegasi FKI menyatakan komitmennya untuk terus mendukung pengembangan industri Indonesia, termasuk dengan rencana pembangunan pabrik baru maupun ekspansi usaha yang sudah ada. Salah satu perusahaan bahkan berencana mengajukan proposal investasi bersama Danantara untuk hilirisasi nikel menjadi bahan katoda.

Agus juga mengapresiasi perusahaan seperti Samsung, LG, dan Hyundai yang telah memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sekaligus membuka lapangan kerja dan memperkuat ekosistem industri nasional.

“Kolaborasi antara perusahaan Korea dengan institusi pendidikan vokasi kami juga sangat penting dalam menciptakan tenaga kerja industri yang unggul dan berdaya saing,” ujarnya.

Di sektor kendaraan listrik, Agus memuji langkah Hyundai yang telah membangun ekosistem EV di Indonesia dan memanfaatkan insentif seperti pembebasan Bea Masuk, PPnBM 0%, dan PPN 2% sesuai program LCEV dan PPN DTP.

Untuk mendukung transisi menuju industri hijau, Kementerian Perindustrian juga bekerja sama dengan POSCO Research Institute dalam menyusun kebijakan dekarbonisasi hingga 2025 sebagai bagian dari target Net Zero Emission (NZE).

Selain itu, Indonesia juga membuka peluang kerja sama di sektor industri halal. Menperin mengajak perusahaan Korea Selatan untuk menjajaki bisnis di bidang makanan dan minuman halal, kosmetik, dan produk lainnya. Indonesia saat ini memiliki empat kawasan industri halal yang siap dikembangkan bersama.

“Pasar halal Indonesia sangat besar, dan kami menyambut baik minat Korea Selatan untuk menjadi bagian dari pengembangannya,” tutup Agus.

Pada 2024, total nilai perdagangan Indonesia-Korea Selatan mencapai USD20 miliar, dengan ekspor Indonesia senilai USD10,76 miliar. Sementara itu, realisasi investasi Korea Selatan di Indonesia mencapai USD2,98 miliar sepanjang tahun tersebut.