Nilai Budaya Jadi Strategi Kunci Kemenperin Tingkatkan Ekspor Industri Kreatif

0
446

(Vibizmedia – Jakarta) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) untuk naik kelas dan menembus pasar global. Salah satu strategi yang diimplementasikan adalah pemanfaatan nilai budaya dalam pengembangan daya saing industri kreatif nasional yang unik dan beridentitas.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menyatakan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya dan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga peluang ini perlu dimaksimalkan untuk meraih peluang ekspor bagi pelaku IKM kreatif. Menurut data Statistik Ekonomi Kreatif 2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sekitar 16 juta pelaku usaha ekonomi kreatif di Indonesia.

Subsektor kriya dan fesyen menjadi kontributor terbesar dalam sektor ekonomi kreatif, baik dari sisi nilai tambah ekonomi maupun capaian ekspor. Oleh karena itu, industri fesyen dan kriya yang banyak digeluti oleh pelaku IKM perlu terus dikembangkan dan didorong kemampuannya.

Kemenperin mendukung IKM melalui berbagai program, seperti pameran internasional, peningkatan manajemen, standardisasi produk, hingga restrukturisasi mesin dan peralatan. Program Restrukturisasi Mesin dan Peralatan memberikan fasilitasi pengembalian dana (reimbursement) sebesar 25-40 persen dari harga pembelian mesin dan alat produksi baru oleh IKM. Dengan program ini, IKM terbantu permodalannya dan mendapatkan insentif untuk meremajakan mesin dan peralatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas, kapasitas, maupun varian produk yang dihasilkan.

Pemanfaatan nilai budaya dalam strategi ekspor juga menjadi fokus Kemenperin. Produk yang mengangkat kekayaan budaya lokal secara otentik memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen global. Terlebih bila nilai budaya tersebut mampu berakulturasi dengan budaya luar tanpa meninggalkan ciri khas Indonesia, hal ini dapat turut mempromosikan nilai-nilai khas Indonesia di dunia internasional.

Salah satu contoh keberhasilan adalah IKM Sweda, perajin perak asal Kotagede, Bantul, Yogyakarta. Sweda merupakan penerima fasilitasi program Restrukturisasi Mesin dan Peralatan tahun 2024, dengan mengajukan reimbursement atas pembelian mesin 3D printer untuk mendukung proses desain dan produksi aksesoris custom secara lebih presisi dan efisien. Sweda menggabungkan filosofi budaya Indonesia dengan elemen budaya populer Amerika Serikat pada produknya, sehingga berhasil mengekspor 90 persen produknya ke negara tersebut.

Sweda juga menjadi pemasok aksesoris custom untuk komunitas musik hip-hop dan lowrider di Amerika Serikat. Kontribusi Sweda terhadap komunitas tersebut membuat eksistensi dan kontribusinya diakui dan diapresiasi, hingga menarik perhatian Smithsonian Institute, museum terbesar di dunia. Sweda diundang untuk tampil dalam Smithsonian Folklife Festival 2025 di Amerika Serikat awal Juli ini atas kontribusinya dalam kategori Lowrider Culture, dan menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam festival tersebut.

Sejak 2014, Sweda dikenal memiliki kualitas craftsmanship yang tinggi, memadukan metode produksi tradisional dan modern, serta berhasil menjalin kolaborasi dengan sejumlah seniman dan komunitas ternama di luar negeri. Sweda juga telah menorehkan kontribusinya dalam negeri sebagai IKM produsen piala untuk kejuaraan MotoGP, Superbike, dan Kompetisi Sepakbola Piala Presiden.

Kisah sukses Sweda diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi IKM kreatif lainnya untuk terus meningkatkan daya saing dan jeli dalam mencari peluang pasar. Pemerintah akan terus mendukung melalui berbagai program fasilitasi agar semakin banyak IKM yang bisa menembus pasar global.