Indonesia Perkenalkan Inisiatif Digital “Rumah Pendidikan” di Forum Menteri Pendidikan APEC

0
289
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Mu’ti, memperkenalkan inisiatif digital unggulan bertajuk **Rumah Pendidikan** dalam Sidang Pleno Pertemuan Menteri Pendidikan APEC ke-7 (7th APEC Education Ministerial Meeting/AEMM) yang diselenggarakan di Jeju, Korea Selatan. (Foto: Kemendikdasmen)

(Vibizmedia – Jeju, Korea Selatan) Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Abdul Mu’ti, memperkenalkan inisiatif digital unggulan bernama Rumah Pendidikan dalam Sidang Pleno Pertemuan Menteri Pendidikan APEC ke-7 (7th APEC Education Ministerial Meeting/AEMM) yang digelar di Jeju, Korea Selatan, Kamis (15/5/2025).

Sidang yang mengusung tema “Bridging Educational Gaps and Promoting Inclusive Growth in the Era of Digital Transformation” ini menyoroti pentingnya pendidikan dalam mempersempit kesenjangan dan mendorong pertumbuhan yang inklusif di era transformasi digital.

Dalam pidatonya di hadapan delegasi dari 21 negara anggota APEC, Menteri Mu’ti menjelaskan bahwa Rumah Pendidikan merupakan ekosistem digital terintegrasi yang menghubungkan berbagai pemangku kepentingan—mulai dari guru, siswa, orang tua, hingga mitra pendidikan—melalui satu platform digital kolaboratif.

“Platform ini menyediakan delapan ruang virtual yang memungkinkan interaksi dan akses informasi yang luas. Salah satu ruang utama adalah Ruang GTK, yang secara khusus mendukung pengembangan kompetensi guru dan tenaga kependidikan,” terang Mu’ti.

Inisiatif ini juga menjadi bagian dari strategi nasional untuk membangun sistem pendidikan yang lebih adaptif terhadap tantangan masa kini. Salah satu langkah konkret yang telah dijalankan adalah peningkatan kapasitas guru dalam bidang coding, asesmen, analisis data, dan pembelajaran mandiri. Mulai 2025, coding akan menjadi bagian kurikulum dari kelas 5 SD hingga SMA.

Menurut Mu’ti, penguatan kompetensi guru menjadi pilar krusial dalam menutup kesenjangan mutu pendidikan antarwilayah dan kelompok sosial.

“Pendidikan digital menuntut guru yang mampu menyiapkan siswa dengan keterampilan abad ke-21, termasuk berpikir komputasional dan pemahaman etika kecerdasan buatan,” tambahnya.

Lebih dari sekadar keterampilan teknis, kurikulum baru ini juga dirancang untuk membentuk pola pikir kritis, empati dalam desain berbasis manusia, dan kepekaan etis dalam penggunaan teknologi.

Partisipasi Indonesia dalam forum ini melalui inisiatif Rumah Pendidikan mencerminkan komitmen kuat pemerintah dalam mendorong pendidikan berbasis teknologi yang inklusif. Selain itu, forum ini membuka peluang kolaborasi internasional untuk bersama-sama mewujudkan transformasi pendidikan di kawasan Asia Pasifik.