(Vibizmedia – Bangkok, Thailand) Rencana penerapan tarif resiprokal di bawah kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump telah menciptakan tantangan signifikan bagi sistem perdagangan global. Situasi ini mendorong banyak negara, termasuk Indonesia, untuk meninjau kembali kebijakan perdagangannya dan menyesuaikan diri dengan dinamika ekonomi global yang terus berubah.
Menghadapi kondisi tersebut, Indonesia mengambil langkah proaktif dengan menjalin komunikasi intensif bersama Amerika Serikat dan mitra dagang utama lainnya. “Indonesia telah secara aktif berdialog dengan AS guna memulai proses negosiasi perdagangan. Langkah ini mencerminkan komitmen kami untuk menjaga kepentingan nasional, sekaligus memperkuat tatanan perdagangan global yang terbuka dan berbasis aturan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan pidato kunci mewakili Presiden RI Prabowo Subianto dalam acara CEO Forum with Thailand Businesses di Bangkok, Thailand, Senin (19/05).
Dalam konteks global yang semakin tidak menentu, Indonesia mempercepat reformasi di bidang perdagangan dan investasi, menyederhanakan regulasi, dan mempererat kemitraan bilateral. Upaya ini bertujuan menciptakan landasan yang kokoh untuk memperluas kerja sama strategis, termasuk dengan Thailand sebagai salah satu mitra utama di kawasan ASEAN.
Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Thailand terus menunjukkan peningkatan yang berarti. Pada tahun 2024, nilai ekspor Indonesia ke Thailand mencapai sekitar USD7,7 miliar dengan komoditas utama seperti batu bara, suku cadang otomotif, dan baja. Sementara itu, impor dari Thailand tercatat sebesar USD9,7 miliar, didominasi oleh produk-produk seperti beras, tebu, komponen otomotif, dan mesin industri. Hubungan perdagangan ini mencerminkan sinergi dan keterhubungan ekonomi yang saling melengkapi.
Investasi dari Thailand di Indonesia juga mencatat tren positif. Selama periode 2020–2024, total investasi Thailand mencapai USD1,06 miliar dalam lebih dari 1.800 proyek, meliputi sektor-sektor strategis seperti mineral non-logam, pertanian, energi, logistik, dan industri pengolahan.
Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga turut menyoroti kekuatan ekonomi kawasan ASEAN. Di tahun 2024, ASEAN mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8%, ditopang konsumsi rumah tangga dan investasi di sektor-sektor unggulan seperti kendaraan listrik, data center, dan semikonduktor. Nilai perdagangan barang ASEAN meningkat sebesar 8,9% menjadi USD3.841 miliar, sedangkan arus masuk FDI mencapai USD234 miliar. Pariwisata juga menunjukkan pemulihan kuat dengan perkiraan kedatangan wisatawan mancanegara mencapai 126,5 juta orang.
Untuk tahun 2025, pertumbuhan ekonomi ASEAN diproyeksikan berada di angka 4,7% meskipun masih dibayangi oleh ketidakpastian kebijakan perdagangan global, terutama dari Amerika Serikat. Oleh karena itu, Indonesia membuka pintu luas bagi pelaku usaha Thailand untuk berpartisipasi dalam sektor-sektor prioritas seperti hilirisasi mineral, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, serta pembangunan infrastruktur digital dan pusat data.
Dalam rangka mendukung hal tersebut, Indonesia terus memperkuat skema kemitraan publik-swasta melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang menawarkan insentif dan kemudahan berusaha. Proyek kolaboratif di bidang transportasi, energi, dan pembangunan perkotaan juga menjadi prioritas, sejalan dengan strategi pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
“Dengan fundamental ekonomi yang kokoh, saya mengundang para pelaku usaha Thailand untuk menjajaki berbagai peluang investasi di Indonesia, dan bersama-sama membangun masa depan kawasan ASEAN yang lebih sejahtera,” tutup Menko Airlangga.