Pemangkasan BI Rate di Mei 2025 Dianggap Strategis untuk Pertumbuhan Nasional

0
1220
Ekonomi Indonesia Triwulan II 2025 Tumbuh Lebih Tinggi Mencapai 5,12% (yoy)

(Vibizmedia – Jakarta) Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) saat ini berada di level 5,75 persen. Namun, ada prediksi bahwa BI akan menurunkan suku bunga tersebut sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen. Jika penurunan tersebut dilakukan, bulan Mei 2025 dinilai sebagai momen yang tepat untuk melakukannya.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menilai bahwa waktu untuk memangkas suku bunga acuan sangat ideal dilakukan segera. “Kami melihat ada ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate dari 5,75% menjadi 5,5%. Bahkan, konsensus pasar menunjukkan ekspektasi suku bunga bisa turun hingga 5,25%. Jadi, kalau rupiah cukup stabil, kemungkinan pemangkasan 25 basis poin bisa dilakukan pada Rapat Dewan Gubernur bulan ini,” ujar Andry dalam acara Economic Outlook Q2 2025 yang digelar pada Senin (19/5/2025).

Menurut Andry, setidaknya ada tiga alasan mengapa penurunan suku bunga acuan layak dipertimbangkan saat ini. Pertama, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kedua, nilai tukar rupiah menunjukkan stabilitas yang lebih baik dibandingkan kondisi pada kuartal I-2025. Ketiga, inflasi Indonesia masih berada dalam batas target Bank Indonesia, yakni 2,5±1 persen. Pada April 2025, inflasi tercatat sebesar 1,17 persen secara bulanan (month to month) dan 1,95 persen secara tahunan (year on year).

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Keputusan tersebut diambil untuk menjaga proyeksi inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap berada dalam sasaran, sekaligus mendukung kestabilan nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian global serta menopang pertumbuhan ekonomi domestik.

Ke depan, Bank Indonesia menyatakan akan terus mencermati peluang untuk menurunkan suku bunga acuan, dengan mempertimbangkan stabilitas rupiah, arah inflasi, dan kebutuhan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.