Komitmen Tiga Negara Memartabatkan Bahasa Melayu dan Indonesia di Era Digital

0
239

(Vibizmedia – Brunei Darussalam) Di tengah arus globalisasi dan percepatan transformasi digital, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia menegaskan komitmen bersama untuk mengangkat martabat bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan diplomasi. Komitmen ini ditegaskan dalam Forum Ketua Majelis Bahasa Brunei Darussalam–Indonesia–Malaysia (MABBIM) yang digelar di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.

Forum tersebut mempertemukan para ketua perwakilan MABBIM dari ketiga negara, dengan partisipasi pengamat dari Singapura. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, memimpin delegasi Indonesia. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya kolaborasi trilateral untuk melestarikan bahasa serumpun sebagai identitas dan kekuatan budaya kawasan.

“Forum ini bukan sekadar pertemuan seremonial. Ini adalah momentum strategis untuk memperkuat diplomasi bahasa, menciptakan kerja sama konkret, dan menjadikan bahasa Melayu serta bahasa Indonesia sebagai kekuatan lunak di panggung global,” ujar Hafidz dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Senin (26/5/2025).

Forum ini juga menindaklanjuti Sidang Eksekutif MABBIM ke-59 yang diselenggarakan di Bogor pada 2023. Salah satu fokus utama adalah peningkatan kualitas leksikografi dan pengelolaan korpus bahasa melalui program pelatihan regional. Di samping itu, forum menyepakati pembaruan dokumen kerja dan panduan operasional guna meningkatkan efektivitas tata kelola serta responsivitas terhadap dinamika zaman.

Ketua Perwakilan MABBIM Malaysia, Tuan Haji Mohammad Johari bin Hasan, menekankan pentingnya pertemuan tingkat menteri sebagai wujud legitimasi dan jaminan kesinambungan program.

“Melibatkan para menteri secara langsung akan memberi landasan politik yang kuat bagi arah kebijakan bahasa di masa mendatang,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Perwakilan Brunei Darussalam, Tuan Haji Awang Suip bin Abdul Wahab, yang menjadi tuan rumah forum, mengajak semua pihak untuk berinovasi dalam pengembangan bahasa di ranah digital—mulai dari aplikasi hingga media dan pendidikan daring.

“Bahasa adalah perekat budaya serumpun. Di era digital, kita harus menghidupkannya, menjadikannya adaptif dan mendunia,” tegasnya.

Pengamat dari Singapura, Dr. Nuraini binti Ismail, turut menyoroti peran penting MABBIM dalam membentuk identitas generasi muda.

“Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi simbol diplomasi dan kebanggaan nasional. Peran MABBIM sangat strategis dalam menjaganya lintas generasi,” ujarnya.

Forum ini juga membuka jalan menuju Sidang Pelindung MABBIM 2025 yang dijadwalkan berlangsung pada Oktober mendatang, bertepatan dengan Bulan Bahasa Nasional. Dalam sidang tersebut, para Menteri dari ketiga negara akan menandatangani Pernyataan Bersama—dokumen kolektif pertama sejak Komunike Bersama MABBIM tahun 2006.

Sidang ini akan dirangkaikan dengan Seminar Antarbangsa MABBIM, yang menjadi forum penting untuk memosisikan bahasa Melayu dan Indonesia sebagai bagian integral dari khazanah budaya dan ilmu pengetahuan global.

“Keterlibatan Brunei, Indonesia, dan Malaysia dalam forum ini menunjukkan semangat kebersamaan dalam menjaga jati diri serumpun. Lewat MABBIM, kita tidak hanya membangun kerja sama linguistik, tetapi juga merancang masa depan kebudayaan bersama,” pungkas Hafidz.