Kemenperin dan Dekranas Perkuat Daya Saing IKM Kriya untuk Tembus Pasar Ekspor

0
322

(Vibizmedia – Jakarta) Kementerian Perindustrian terus memperkuat kolaborasi dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) guna meningkatkan daya saing industri kecil dan menengah (IKM) kriya agar mampu memperluas jangkauan pasar, termasuk ke mancanegara. Industri kriya Indonesia dikenal memiliki keunikan dan daya saing tinggi di pasar global, berkat kekayaan budaya dari berbagai daerah yang tercermin dalam produk-produk kerajinannya.

“Setiap daerah memiliki sejarah, nilai hidup, tradisi, dan kepercayaan yang tercermin dalam produk kerajinan lokal, yang diwariskan secara turun-temurun dan menghasilkan karya dengan identitas serta karakteristik khas,” ungkap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA), Reni Yanita, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (31/5).

Menurut Reni, kekayaan budaya ini menjadi modal kuat bagi pelaku IKM kriya untuk menembus pasar internasional. Ia menjelaskan bahwa konsumen global saat ini semakin mengapresiasi produk kerajinan yang etnik, autentik, berkualitas tinggi, dan mengusung prinsip keberlanjutan (sustainability)—ciri yang dimiliki oleh banyak produk kriya Indonesia.

Sebagai bagian dari upaya penguatan IKM kriya, Ditjen IKMA bersama Dekranas menyelenggarakan berbagai program seperti bimbingan teknis, pendampingan, dan webinar. Salah satunya adalah webinar bertema “Inovasi dan Strategi Pengembangan Produk Kerajinan Berbasis Potensi Lokal untuk Pasar Global” yang digelar pada 22 Mei 2025. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan HUT ke-45 Dekranas.

Webinar tersebut menghadirkan pelaku IKM binaan Ditjen IKMA yang telah sukses mengembangkan produk hingga merambah pasar ekspor, di antaranya CV Palem Craft, CV Sweda Gembira, dan CV Maharani.

Reni mengapresiasi ketiga IKM tersebut karena secara konsisten mengembangkan bisnis berbasis kreativitas dan inovasi yang sejalan dengan tren pasar. Sebagai contoh, CV Palem Craft, produsen kerajinan dekorasi rumah berbahan dasar anyaman, berhasil mengekspor produknya senilai Rp346 juta ke Belanda pada April 2025. “Ini memperkuat daftar pasar ekspor mereka yang sebelumnya telah menjangkau berbagai negara,” ujarnya.

Sementara itu, CV Sweda Gembira dikenal sebagai pembuat trofi untuk ajang MotoGP, Superbike, dan Piala Presiden. Sekitar 90% produknya diekspor ke Amerika Serikat, khususnya sebagai aksesori komunitas hip-hop dan lowrider. Sedangkan CV Maharani, yang mengolah batu alam dan anyaman menjadi dekorasi, telah menembus pasar ekspor ke Jerman, Rusia, Belanda, Jepang, Inggris, dan AS.

“Produk kriya Indonesia tidak hanya indah dan berkualitas, tetapi juga membawa nilai budaya dan cerita di balik proses pembuatannya. Inilah yang membuatnya diminati pasar internasional,” jelas Reni.

Keberhasilan IKM ini turut berkontribusi pada capaian ekspor produk kerajinan Indonesia yang mencapai USD 106,6 juta hingga Februari 2025. Negara tujuan utama ekspor mencakup China, Taiwan, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan sejumlah negara Eropa.

Namun demikian, Reni menekankan pentingnya kesiapan para pelaku IKM dalam menghadapi tantangan pasar global. Hal ini mencakup peningkatan kualitas produk, pemanfaatan teknologi, serta kemampuan memahami dan mengikuti tren pasar yang dinamis.

“Produk kerajinan harus terus berinovasi agar tetap relevan dengan selera dan kebutuhan konsumen global. Inovasi desain dan fungsi menjadi kunci untuk menghadirkan produk yang adaptif,” tegasnya.

Senada dengan itu, Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan, menambahkan bahwa penyelenggaraan webinar bersama Dekranas bertujuan untuk memberikan wawasan praktis, inspirasi, serta ruang diskusi bagi pelaku IKM dalam menghadapi pasar ekspor.

“Mulai dari menggali potensi lokal hingga mendesain ulang produk agar lebih fungsional dan menarik, kami ingin membekali IKM kriya Indonesia agar lebih siap bersaing di pasar global tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya lokal,” ujarnya.

Budi juga menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam memajukan IKM kerajinan. “Pemerintah, pelaku usaha, akademisi, desainer, dan komunitas kreatif harus bekerja sama. Dengan ekosistem yang solid, potensi lokal bisa dioptimalkan dan produk kerajinan Indonesia akan semakin dikenal dunia,” pungkasnya.