Menggali Pengalaman Inggris Mengembangkan Ekosistem AI dalam London Tech Week 2025

0
187
Wamenkomdigi Nezar patria bersama delegasi Indonesia bertemu dengan, Direktur Jenderal Teknologi Digital dan Telekomunikasi DSIT Inggris, Emran Mian dari London (Foto: Kemkomdigi)

(Vibizmedia – Jakarta) London Tech Week 2025 menjadi momentum strategis bagi Wakil MenteriKomunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria, untuk menggali pengalaman Inggris dalam membangun ekosistem digital, khususnya di bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), melalui kunjungan ke Departemen Ilmu Pengetahuan, Inovasi, dan Teknologi (DSIT).

Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi) dalam mempercepat transformasi digital nasional serta menciptakan ekosistem AI yang inovatif, inklusif, dan bertanggung jawab.

“Pertemuan ini sangat bermanfaat untuk saling bertukar pandangan serta belajar dari Inggris dalam membangun ekosistem digital yang matang, terutama dalam penerapan teknologi AI,” ujar Nezar Patria usai bertemu Direktur Jenderal Teknologi Digital dan Telekomunikasi DSIT Inggris, Emran Mian, di London, Selasa (10/6/2025).

Pertemuan bilateral ini menjadi forum penting bagi kedua negara untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik dalam pengembangan teknologi AI.

Topik utama yang dibahas mencakup pembangunan infrastruktur pendukung AI, penguatan kapasitas SDM digital, serta penyusunan regulasi yang adaptif guna menjamin pemanfaatan AI secara aman, etis, dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

“Kami ingin mempererat kerja sama yang saling menguntungkan, khususnya dalam mengantisipasi tantangan dan memanfaatkan peluang AI di masa depan,” tambah Nezar.

Dalam diskusi yang berlangsung mendalam, kedua delegasi menyoroti prioritas nasional masing-masing dalam memajukan teknologi AI—termasuk aspek keamanan, etika, serta kesiapan tenaga kerja digital.

Delegasi Indonesia juga memaparkan pesatnya adopsi teknologi AI di tanah air, dengan 80 persen masyarakat menganggap AI membawa dampak positif. Namun, kecepatan ini juga diiringi potensi tantangan, seperti disrupsi lapangan kerja—khususnya di sektor media dan penyiaran—serta ancaman penyalahgunaan teknologi untuk menyebarkan disinformasi dan konten berbahaya.

Pemerintah Inggris melalui DSIT turut menjelaskan pendekatan mereka yang lebih fleksibel dibanding Uni Eropa, dengan fokus pada regulasi sektoral seperti perlindungan data dan Undang-Undang Keamanan Daring (Online Safety Act). Regulasi ini memberi otoritas kepada badan pengawas untuk menuntut akuntabilitas platform digital atas konten ilegal dan merugikan.

“Kami menyadari betul bahwa kemajuan AI di Indonesia sangat cepat. Oleh karena itu, belajar dari Inggris menjadi krusial, agar inovasi tetap seimbang dengan mitigasi risiko, termasuk potensi disrupsi sosial dan penyebaran konten negatif,” jelas Wamenkomdigi.

Ia menegaskan bahwa Indonesia bersikap terbuka terhadap pemanfaatan teknologi dan model AI dari berbagai negara, asalkan tetap sesuai dengan kerangka regulasi nasional serta nilai-nilai yang dijunjung.

Sebagai penutup, kedua pihak sepakat untuk memperdalam kerja sama ke depan, termasuk menjajaki inisiatif bersama guna mempertemukan talenta dan inovator dari kedua negara. Kolaborasi ini diharapkan mampu membentuk ekosistem AI yang berkelanjutan, aman, dan berdampak positif bagi masyarakat Indonesia dan Inggris