Menteri LH Tinjau Tiga Titik Strategis di Jabar, Tegaskan Komitmen Pulihkan Kualitas Udara Nasional

0
343
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan, Hanif Faisol Nurofiq (Foto : KLH)

(Vibizmedia – Jawa Barat) Dalam upaya mengembalikan langit biru Indonesia dan memperkuat pengendalian polusi udara, Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan, Hanif Faisol Nurofiq, melakukan kunjungan kerja ke tiga titik strategis di Jawa Barat pada 13 Juni 2025.

Tiga lokasi yang dikunjungi mencakup Kilang Pertamina RU VI Balongan, Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Indramayu, dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kopi Luhur di Kota Cirebon. Kunjungan ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk menanggulangi pencemaran udara secara sistemik dan menyeluruh.

Percepatan BBM Rendah Sulfur

Di Kilang Balongan, Menteri Hanif memantau kesiapan produksi dan distribusi BBM rendah sulfur setara Euro IV (maksimal 50 ppm). Jenis BBM ini dinilai krusial, mengingat 35–57% polusi udara Jabodetabek berasal dari emisi kendaraan bermotor berbahan bakar sulfur tinggi.

“Langit biru tak akan terwujud tanpa mengubah sumber polusinya. BBM rendah sulfur bukan sekadar tuntutan teknis, tapi kebutuhan mendesak demi kesehatan masyarakat,” tegas Hanif dalam siaran pers, Minggu (15/6/2025).

Ia pun mengingatkan seluruh pemangku kebijakan energi, termasuk PT Pertamina, untuk mempercepat distribusi BBM ramah lingkungan. Surat resmi telah dikirimkan ke Menteri ESDM, Menteri Keuangan, dan Pertamina, dengan target pemenuhan minimal 24% untuk bensin dan 10% untuk solar hingga akhir tahun.

“Pasal 99 UU No. 32 Tahun 2009 menegaskan bahwa siapa pun yang lalai hingga menyebabkan pencemaran melebihi baku mutu lingkungan dapat dipidana. Ini berlaku untuk semua pihak, tanpa kecuali,” tegasnya.

Menguatkan Fungsi Ruang Hijau

Kunjungan dilanjutkan ke Taman Kehati Indramayu, kawasan konservasi seluas 3,83 hektare yang merepresentasikan ekosistem rawa pantura. Di sana, Menteri Hanif menanam pohon mahoni yang dikenal ampuh menyerap polutan dan menghasilkan oksigen.

“Taman Kehati menunjukkan bahwa ruang hijau adalah solusi nyata. Ia menyerap polusi, menjaga kelembapan, dan melindungi biodiversitas,” ujarnya.

Kawasan ini menjadi habitat 19 jenis pohon rawa, 24 jenis pohon darat, 18 spesies burung, 5 spesies reptil, serta populasi rusa timorensis yang dikonservasi secara aktif.

Teguran untuk TPA Kopi Luhur

Agenda ditutup di TPA Kopi Luhur, Cirebon—fasilitas pengelolaan sampah yang masih menerapkan sistem open dumping dengan volume timbulan 160 ton/hari. Kondisi ini menyebabkan emisi metana tinggi dan pencemaran udara lokal.

“TPA ini sudah dikenai Sanksi Administratif Paksaan Pemerintah. Tenggat waktu penyelesaian enam bulan. Jika tak ada progres, akan kami tingkatkan ke sanksi pidana,” tegas Hanif.

Ia meminta Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dan Kota Cirebon segera menyelesaikan capping, konversi ke sanitary landfill, dan memperkuat sistem 3R di tingkat masyarakat.

“Segera lakukan penutupan sementara, evaluasi, dan cari solusi bersama. Enam bulan adalah waktu yang cukup untuk bertindak,” ujarnya.

Seruan Pengelolaan Sampah di Hulu

Mendampingi kunjungan, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, menekankan pentingnya pengelolaan sampah dari hulu.

“Cirebon tak bisa terus mengandalkan TPA. Penguatan TPS3R, pemilahan di lingkungan dan rumah tangga harus jadi prioritas. Jika hanya mengandalkan pengolahan akhir, biayanya akan melonjak. Kita harus tekan sampah makanan dan maksimalkan pengelolaan di sumbernya,” jelasnya.