Dalam 24 Jam, Terjadi 20 Bencana di Indonesia: BNPB Imbau Potensi Cuaca Ekstrem dan Karhutla

0
221
Banjir
Kondisi pascabanjir bandang yang melanda Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Minggu, 15 Juni 2025. FOTO: BNPB

(Vibizmedia-Nasional) Dalam kurun waktu 24 jam terakhir, sejak Senin, 16 Juni 2025 pukul 07.00 WIB hingga Selasa, 17 Juni 2025 pukul 07.00 WIB, Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat sebanyak 20 kejadian bencana di berbagai wilayah Indonesia. Enam di antaranya dikategorikan sebagai kejadian menonjol karena memberikan dampak signifikan terhadap masyarakat dan lingkungan.

Pertama, bencana tanah longsor melanda Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, menyebabkan 11 kepala keluarga atau 42 jiwa terdampak. Otoritas setempat saat ini tengah mengupayakan relokasi warga untuk menghindari risiko lanjutan.

Kedua, angin kencang menerjang Kabupaten Lampung Timur, Lampung, yang merusak 22 rumah warga. Satu rumah mengalami kerusakan berat, satu rusak sedang, dan 20 lainnya rusak ringan. Meski demikian, situasi saat ini telah dinilai stabil dan terkendali.

Ketiga, banjir bandang terjadi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, berdampak pada 40 kepala keluarga atau sekitar 120 jiwa dan merusak 40 rumah. Air telah surut, dan masyarakat secara mandiri telah memulai proses pembersihan lingkungan.

Di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, banjir masih berdampak pada sekitar 2.973 kepala keluarga atau 11.712 jiwa. Sebanyak 2.988 rumah terdampak, namun banjir berangsur surut. Sementara itu, banjir rob masih terjadi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, merendam 160 rumah dengan ketinggian air antara 5–20 cm dan berdampak pada 200 kepala keluarga. Pemerintah daerah tengah mengurus perpanjangan status siaga darurat.

Kondisi gerakan tanah yang masih berlangsung di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat berdampak pada 83 kepala keluarga atau 256 jiwa. Sebanyak 47 kepala keluarga (145 jiwa) mengungsi secara mandiri, dan 31 kepala keluarga (95 jiwa) mengungsi terpusat. Sebanyak 69 rumah rusak, dan status tanggap darurat telah ditetapkan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia dalam dua hari ke depan. Wilayah Berisiko Hujan Lebat dan Angin Kencang adalah Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (terutama sore hingga malam hari), Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat dan Papua Pegunungan.

Cuaca diperkirakan berkisar dari hujan ringan hingga lebat, dengan potensi petir dan angin kencang, terutama di wilayah pegunungan dan pesisir. Sebaliknya, wilayah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Bali, dan sebagian Nusa Tenggara Barat (NTB) diperkirakan mengalami cuaca cerah berawan, dengan suhu tinggi dan kelembapan rendah. Angin timuran yang kering mulai dominan, meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Merespons kondisi tersebut, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi dan karhutla. Langkah-langkah yang disarankan meliputi monitoring daerah aliran sungai (DAS) dan pembersihan saluran air secara berkala. Pemantauan daerah rawan longsor, terutama di lereng bukit dan tebing curam. Peningkatan patroli titik api dan pemadaman dini di wilayah rawan karhutla. Menyiapkan jalur evakuasi, logistik, dan sarana tanggap darurat.

BNPB juga meminta masyarakat untuk terus mengikuti informasi resmi dari pemerintah, serta segera melapor kepada aparat terkait apabila terjadi situasi darurat.

“Sinergi masyarakat, pemerintah daerah, dan pusat sangat penting dalam menciptakan sistem penanganan bencana yang cepat, tepat, dan terorganisir,” ungkap perwakilan BNPB.