(Vibizmedia – Jakarta) Dalam upaya mewujudkan visi Indonesia sebagai negara industri tangguh pada tahun 2035, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten, adaptif terhadap teknologi, dan mampu menjawab tantangan global. Langkah ini selaras dengan arah kebijakan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN).
“Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi faktor kunci untuk memperluas cakupan pelatihan serta pengembangan SDM industri yang kompeten di berbagai wilayah potensial,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Selasa (17/6) di Jakarta.
Salah satu wilayah yang dinilai strategis adalah Kabupaten Morowali, yang berkembang menjadi pusat industri logam. Menperin menegaskan, komitmen pemerintah tidak hanya ditujukan untuk industri besar, namun juga bagi sektor industri kecil dan menengah (IKM), demi menciptakan pertumbuhan industri yang inklusif dan berkelanjutan.
Data dari Kementerian Investasi dan Hilirisasi mencatat bahwa sektor industri logam dasar dan turunannya menjadi subsektor dengan nilai realisasi investasi tertinggi pada kuartal I 2025, mencapai Rp67,3 triliun. “Dengan potensi besar tersebut, Morowali berpeluang menjadi pusat industri logam yang berkontribusi signifikan bagi perekonomian nasional,” imbuh Agus.
Sebagai bentuk dukungan nyata, Kemenperin melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) menyelenggarakan Pelatihan Proses Manufaktur Logam Berbasis Kompetensi. Pelatihan ini dibiayai oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Morowali (Disperindag Pemkab Morowali), dan didukung oleh BBSPJIKFK sebagai unit pelayanan teknis di bawah Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI).
Kegiatan pelatihan yang berlangsung pada 13–23 Juni 2025 ini diikuti oleh lima peserta lokal, dengan fokus pada pengoperasian mesin CNC, Bending, dan Shearing. Kurikulum pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan riil industri logam di wilayah Morowali.
Pelaksanaan pelatihan dikoordinasikan oleh Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta, yang memiliki spesialisasi di berbagai sektor seperti logam, tekstil, batik, pengelasan, dan otomotif. Semua pelatihan menerapkan sistem 3 in 1: pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja—guna memastikan peserta siap masuk dunia kerja atau menjadi wirausahawan baru.
Kepala BPSDMI, Masrokhan, menekankan bahwa kerja sama lintas instansi ini menjadi wujud komitmen Kemenperin dalam membangun jejaring pengembangan SDM industri yang merata di seluruh Indonesia. “Potensi logam di Morowali sangat besar. Kami ingin memastikan SDM lokal mampu mengelola dan memanfaatkan potensi ini untuk berkompetisi hingga tingkat global,” katanya.
Ali Khomaini, Kepala BDI Jakarta, berharap kolaborasi semacam ini dapat diperluas ke daerah lain melalui kerja sama dengan dinas-dinas terkait, agar penguatan kompetensi SDM industri merata di berbagai wilayah.
Senada dengan itu, Zafitri Zainuddin, Kepala Disperindag Kabupaten Morowali, menyampaikan bahwa industri di Morowali selama ini masih fokus di sektor hulu. “Ke depan, kami ingin mendorong pengembangan sektor hilir yang melibatkan IKM lokal, sehingga masyarakat dapat ikut berperan aktif dalam rantai nilai industri secara berkelanjutan,” ungkapnya.









