PepsiCo Resmikan Pabrik Rp3,3 Triliun, Wamenperin: Ini Bukti Kepercayaan Investor

0
230
Foto: Kemenperin

(Vibizmedia – Jakarta) Industri makanan dan minuman (mamin) terus menunjukkan perannya sebagai sektor strategis yang berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Potensi pengembangannya pun semakin luas, berkat melimpahnya sumber daya alam serta permintaan domestik yang terus meningkat.

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan bahwa industri mamin Indonesia mencatat pertumbuhan impresif pasca-pandemi. Pada triwulan I 2025, PDB sektor ini tumbuh 6,04 persen—lebih tinggi dibanding pertumbuhan industri pengolahan non-migas sebesar 4,31 persen dan PDB nasional sebesar 4,87 persen.

“Industri makanan dan minuman memberi kontribusi 41,15 persen terhadap PDB industri pengolahan non-migas, serta mencatat nilai ekspor USD11,78 miliar pada triwulan pertama 2025. Ini menunjukkan kekuatan dan daya saing sektor mamin kita,” ujar Faisol saat meresmikan pabrik PT PepsiCo Indonesia sekaligus peluncuran produk Lay’s, Cheetos, dan Doritos di kawasan GIIC, Cikarang, Rabu (18/6).

Dari sisi investasi, sektor ini menggaet modal sebesar Rp22,64 triliun pada awal tahun 2025, terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) Rp9,03 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp13,60 triliun. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa iklim usaha di Indonesia tetap menarik bagi pelaku industri mamin.

Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT PepsiCo Indonesia yang menanamkan investasi sebesar USD200 juta (sekitar Rp3,3 triliun) untuk mendirikan pabrik pertamanya di Indonesia. Fasilitas produksi ini mulai beroperasi sejak Januari 2025 dengan tiga lini produksi berkapasitas 24.000 ton per tahun dan menyerap hampir 400 tenaga kerja.

“Selain memperkuat industri makanan ringan dalam negeri, pabrik ini juga berkontribusi dalam substitusi impor, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan daya saing industri nasional,” kata Faisol.

Wamenperin juga menyoroti potensi pasar makanan ringan nasional yang terus berkembang, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang mencakup 55% dari populasi konsumen. Nilai pasar makanan ringan pada 2023 tercatat USD3,87 miliar dan diperkirakan tumbuh 8,13% per tahun hingga 2029.

Tak hanya fokus pada skala produksi, PepsiCo Indonesia juga dinilai aktif dalam memperkuat rantai pasok lokal dengan menggandeng 200 petani kentang dan 200 petani jagung dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. Program kemitraan ini mencakup pelatihan budidaya, peningkatan produktivitas, serta penggunaan benih unggul.

PepsiCo juga menerapkan praktik produksi berkelanjutan dengan pemanfaatan 100% air daur ulang dan energi listrik terbarukan. “Langkah ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap lingkungan sekaligus mendukung agenda industri hijau nasional,” tambah Faisol.

Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, menyatakan bahwa investasi PepsiCo mencerminkan tingginya kepercayaan global terhadap potensi industri mamin Indonesia. “Kami ingin menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai pasar, tetapi juga sebagai basis produksi berdaya saing tinggi dengan orientasi ekspor dan nilai tambah lokal,” tegasnya.

Putu menambahkan bahwa Kemenperin akan terus memperkuat sektor ini melalui fasilitasi teknologi modern, peningkatan kualitas SDM, dan penguatan rantai pasok dari hulu ke hilir.

CEO PepsiCo Indonesia, Asif Mobin, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam strategi pertumbuhan PepsiCo di kawasan Asia Pasifik. “Dengan pabrik seluas 60.000 meter persegi ini, kami semakin dekat dengan konsumen Indonesia dan siap mendukung pertumbuhan industri dalam negeri serta kesejahteraan komunitas lokal,” katanya.