Wamen Ekraf Gagas Ekonomi Kreatif Daerah Sebagai Pilar Pertumbuhan Nasional dari Semarang

0
229
Foto: Kemenekraf

(Vibizmedia – Semarang) Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, berdiskusi langsung dengan para pelaku ekonomi kreatif Kota Semarang dalam sebuah dialog terbuka yang digelar di Tekodeko, kawasan Kota Lama, pada Sabtu, 28 Juni 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif Kemenparekraf untuk menyerap aspirasi lokal, mengidentifikasi potensi daerah, dan membangun ekosistem ekonomi kreatif yang tangguh dan berkelanjutan dari akar rumput.

“Kota Lama Semarang adalah bukti nyata bahwa semangat kolaborasi komunitas mampu menghidupkan kembali ruang-ruang yang dulu mati. Inilah yang kami sebut sebagai sumber daya tak kasatmata—kreativitas, keberanian, dan kekuatan lokal. Dari sinilah arah kebijakan nasional seharusnya dibangun,” ujar Wamen Ekraf Irene dalam sambutannya.

Dalam sesi dialog, Irene menekankan pentingnya setiap daerah memiliki unique selling point (USP) yang khas. Ia menolak pendekatan seragam dalam pengembangan ekonomi kreatif, karena justru kekayaan budaya dan identitas lokal adalah kekuatan utama yang membedakan satu daerah dengan lainnya.

“Jangan sampai semua kota di Indonesia hadir dengan wajah yang sama dan menawarkan produk seragam. Keberagaman justru adalah kekuatan kita,” tegasnya.

Wamen Ekraf juga mendorong pelaku ekraf untuk memahami pentingnya pengembangan kekayaan intelektual (Intellectual Property/IP) secara strategis. Menurutnya, karya kreatif tak hanya bernilai estetika, tetapi juga punya potensi ekonomi besar jika dikembangkan dengan model bisnis yang tepat.

“IP bukan hanya soal karya, tapi juga soal strategi keberlanjutan, distribusi, dan penetrasi pasar. Semuanya harus dirancang sejak awal,” jelasnya.

Dalam kesempatan ini, Irene turut memperkenalkan program Ekraf Hunt, sebuah inisiatif Kemenparekraf yang bertujuan mencari dan mengembangkan talenta serta IP kreatif dari berbagai daerah, khususnya pada subsektor dengan potensi pasar yang besar dari sisi distribusi dan pemasaran.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan ekonomi kreatif di Semarang, mulai dari komunitas seni, akademisi, pelaku bisnis kreatif, hingga kreator muda dari beragam subsektor. Mereka menyampaikan berbagai tantangan nyata yang dihadapi, seperti akses pembiayaan, literasi IP, hingga penguatan jejaring distribusi.

Salah satu kreator, Peter Rhian Gunawan dari The Redmiller Blood, menekankan pentingnya dukungan jangka panjang terhadap perlindungan dan pengembangan kekayaan intelektual.

“Ekosistem IP kita sangat potensial. Yang dibutuhkan adalah keberlanjutan, bukan sekadar perhatian sesaat. Dukungan konsisten akan membuat karya lokal mampu menembus pasar global tanpa kehilangan identitasnya,” ungkap Peter.

Diskusi ini menegaskan komitmen Kemenparekraf dalam menjadikan ekonomi kreatif sebagai the new engine of growth bagi Indonesia, dengan mendorong terciptanya lapangan kerja berkualitas, mengangkat kekuatan lokal, dan memperkuat peran komunitas sebagai pilar utama transformasi ekonomi berbasis inovasi dan budaya.