OJK: Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil di Tengah Ketidakpastian Geopolitik Global

0
185
OJK Luncurkan Database Agen Asuransi Indonesia Dan Polis Asuransi Indonesia
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar. FOTO: KEMENKOMINFO

(Vibizmedia-Nasional) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa sektor jasa keuangan Indonesia tetap berada dalam kondisi stabil meski menghadapi dinamika ketidakpastian ekonomi global yang semakin menguat. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam konferensi pers daring pada Selasa, 8 Juli 2025.

“Dari Rapat Dewan Komisioner secara bulanan yang dilakukan pada 25 Juni 2025 lalu, kami mengusung tema bahwa sektor jasa keuangan terjaga stabil di tengah ketidakpastian geopolitik global,” ujar Mahendra.

Ia menyoroti bahwa ketegangan geopolitik kembali meningkat, terutama di kawasan Timur Tengah, menyusul eskalasi antara Israel dan Iran yang dilanjutkan dengan serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.

Lebih lanjut, Mahendra menjelaskan bahwa lembaga-lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia dan OECD telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2025 dan 2026. Hal ini mencerminkan kekhawatiran atas ketidakpastian geopolitik yang masih membayangi pemulihan ekonomi dunia.

“Ketidakpastian perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok memang sedikit mereda usai tercapainya kerangka kesepakatan dagang. Namun, kami juga mencermati kebijakan tarif terbaru Amerika Serikat terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia,” ungkap Mahendra.

Meskipun ketegangan geopolitik menekan pasar keuangan global dan harga minyak sempat melonjak, Mahendra mengatakan bahwa tekanan tersebut mulai mereda seiring diberlakukannya gencatan senjata antara Israel dan Iran. Di tengah situasi ini, indikator ekonomi global menunjukkan tren moderasi dan sebagian besar berada di bawah ekspektasi sebelumnya.

Menurut Mahendra, kondisi tersebut mendorong banyak negara menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih akomodatif. Namun, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) masih mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,5%, meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi AS telah diturunkan.

Sementara itu, perekonomian domestik Indonesia menunjukkan ketahanan (resiliensi) yang baik. Mahendra menyebutkan bahwa inflasi inti tercatat terus menurun dan kini berada di level 2,37%.

“OJK terus mencermati dan melakukan asesmen berkala terhadap kondisi geopolitik global yang berpotensi meningkatkan volatilitas pasar keuangan serta memengaruhi kinerja debitur di sektor riil yang memiliki paparan terhadap risiko global,” tegasnya.

Mahendra pun mengimbau seluruh lembaga jasa keuangan untuk melakukan asesmen mendalam terhadap perkembangan terbaru dan menyiapkan langkah antisipatif guna memitigasi potensi risiko yang mungkin muncul akibat dinamika global tersebut.