Kemenperin Dorong Hilirisasi SDA melalui Industri Obat Bahan Alam

0
187
Foto; Kemenperin

(Vibizmedia – Jakarta) Kementerian Perindustrian terus berkomitmen memperkuat hilirisasi industri berbasis sumber daya alam, salah satunya melalui pengembangan keanekaragaman hayati Indonesia menjadi produk obat bahan alam. Langkah ini diyakini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri.

Sebagai bentuk nyata dari komitmen tersebut, Kemenperin membangun fasilitas produksi obat bahan alam bertajuk House of Wellness (HoW) di Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia Farmasi dan Kemasan (BBSPJIKFK), Jakarta. Fasilitas ini mendukung pengembangan industri jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka di Indonesia.

“Mari jadikan momen ini sebagai langkah awal untuk mengangkat potensi kekayaan hayati kita menjadi produk obat alami unggulan yang berbasis SDA lokal namun berdaya saing global,” ujar Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi, saat penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) pemanfaatan fasilitas HoW, Jumat (11/7).

Penandatanganan PKS ini dilakukan antara BBSPJIKFK dan PT Aurora Alam Khatulistiwa, perusahaan yang bergerak di bidang bahan baku dan produk obat tradisional. Kerja sama ini diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan HoW sebagai pusat inovasi dan produksi obat bahan alam nasional.

“Kerja sama ini merupakan bentuk sinergi antara pemerintah dan pelaku industri untuk mewujudkan kemandirian di sektor obat bahan alam,” lanjut Andi. Saat ini, tercatat lebih dari 23.500 produk obat bahan alam telah terdaftar, terdiri dari sekitar 23.000 jamu, 77 obat herbal terstandar, dan 20 fitofarmaka.

Sejak peresmiannya pada Februari 2024, BBSPJIKFK telah melakukan berbagai persiapan teknis dan regulatif guna memaksimalkan fungsi fasilitas HoW. Kerja sama dengan PT Aurora Alam Khatulistiwa menjadi langkah awal untuk memulai operasional fasilitas ini secara nyata.

Ruang lingkup kerja sama meliputi pemanfaatan bangunan, mesin, dan peralatan di HoW untuk produksi berbasis bahan alam. Selain itu, kedua pihak juga sepakat melakukan transfer teknologi dan pengetahuan guna meningkatkan kapasitas SDM di bidang industri obat bahan alam.

Dalam kesempatan tersebut, Staf Ahli Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Budiono Subambang, mengapresiasi kolaborasi ini. “PKS ini merupakan langkah strategis untuk mempercepat pemanfaatan fitofarmaka dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Kepala BBSPJIKFK, Siti Rohmah Siregar, menambahkan bahwa pihaknya tengah mengajukan sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) ke Badan POM, dimulai dari sektor Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), yang nantinya diperluas ke Industri Obat Tradisional (IOT). Sertifikasi ini akan membuka jalan bagi produk HoW untuk dipasarkan secara lebih luas.

Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi, Tri Ligayanti, juga menyampaikan apresiasi atas komitmen BBSPJIKFK dalam menyiapkan fasilitas dan menjalin kemitraan, baik internal Kemenperin maupun dengan lembaga lain seperti BPOM.

Sementara itu, Direktur PT Aurora Alam Khatulistiwa, Sapriyanto Ginting, menyatakan kesiapan perusahaannya untuk mendukung pengembangan HoW melalui produksi bahan baku dan alih teknologi. Ia juga berkomitmen mempromosikan fasilitas HoW kepada pelaku industri lainnya untuk digunakan dalam skema kontrak produksi (maklon).

Sebelumnya, pada Oktober 2024, BBSPJIKFK dan Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi telah menggelar acara Awareness Fitofarmaka dengan pameran produk, seminar, dan kunjungan fasilitas HoW. Kegiatan ini bertujuan mendorong kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan ketahanan kesehatan nasional melalui kemandirian industri farmasi dan pengembangan fitofarmaka.