Menperin Perkuat Industri Nasional di Tengah Tantangan Global dan Gempuran Impor

0
159
Foto: Kemenperin

(Vibizmedia – Jakarta) Kementerian Perindustrian terus berupaya memperkuat struktur industri dalam negeri di tengah ketidakpastian ekonomi global serta meningkatnya tekanan dari produk impor di pasar domestik. Kekhawatiran para pelaku industri terhadap dampak buruk dari kondisi ini, terutama terkait penurunan utilisasi dan pengembangan industri nasional, menjadi perhatian serius pemerintah.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam kunjungan kerjanya ke Jepang melakukan pertemuan dengan perwakilan Asahi Glass Co. (AGC). Dalam dialog tersebut, AGC menyampaikan kekhawatirannya terhadap membanjirnya produk kimia impor—khususnya PVC—yang dinilai berpotensi melemahkan industri dalam negeri. Mereka meminta agar pemerintah Indonesia segera mengambil langkah protektif.

Menperin menegaskan pentingnya kebijakan strategis dan koordinasi lintas kementerian dalam menghadapi tantangan ini. Ia menyebutkan bahwa sejumlah faktor penentu daya saing industri manufaktur, seperti kebijakan harga gas industri (HGBT), pengendalian impor, serta insentif fiskal, berada di luar kewenangan langsung Kemenperin.

“Kami terus membangun koordinasi dengan kementerian terkait untuk menyelaraskan kebijakan yang mendukung penguatan daya saing industri nasional,” ujar Menperin di Jepang, Jumat (11/7/2025).

Menperin juga menyampaikan bahwa Kemenperin saat ini tengah fokus pada transformasi industri kimia nasional untuk menciptakan sektor yang lebih produktif, inovatif, dan kompetitif, sebagai bagian dari upaya menuju kemandirian industri bahan kimia.

Dorongan Dekarbonisasi dan Teknologi Ramah Lingkungan

Selain isu perdagangan, Menperin juga membahas komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) dan mempercepat dekarbonisasi sektor industri guna mencapai target Net Zero Emission 2050. Ia meminta dukungan dan kontribusi nyata dari AGC dalam menurunkan emisi karbon dioksida (CO₂).

“Kami mengapresiasi langkah-langkah konkret AGC yang sudah sejalan dengan peta jalan industri nasional menuju Net Zero Emission,” kata Agus.

AGC sendiri memiliki dua lini bisnis utama di Indonesia: PT Asahimas Chemical dan PT Asahimas Flat Glass, yang bergerak di sektor petrokimia dan kaca lembaran. Keduanya masih mengandalkan batu bara sebagai sumber energi, yang dinilai perlu segera ditransformasi.

“Kami mendorong AGC untuk mempercepat transisi energi dan mengurangi ketergantungan pada batu bara. Salah satu solusi yang tengah kami kaji adalah penerapan teknologi Carbon Capture and Utilization (CCU),” jelas Menperin.

Teknologi CCU memungkinkan penangkapan dan pemanfaatan CO₂ dari proses industri untuk diolah menjadi produk yang bernilai ekonomi, seperti bahan baku industri lain. Berbeda dari Carbon Capture and Storage (CCS) yang hanya menyimpan karbon, CCU dinilai lebih efisien secara ekonomi karena menghasilkan manfaat tambahan bagi industri.

Kemenperin juga telah bekerja sama dengan perusahaan UWin Resources Regeneration Inc., yang memiliki pengalaman dalam teknologi Carbon Capture and Industrial Emission Reduction (CCIER), guna mempercepat penerapan solusi CCU di sektor industri nasional.

Dengan langkah-langkah ini, Kementerian Perindustrian berharap dapat menjaga keberlanjutan industri dalam negeri, meningkatkan daya saing, sekaligus mewujudkan transisi menuju industri hijau yang berkelanjutan.