(Vibizmedia – Jakarta) Pelaku industri nasional menyambut positif capaian Presiden Prabowo Subianto yang berhasil menjalin kesepakatan tarif resiprokal dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pengumuman terkait penyesuaian tarif impor produk Indonesia disampaikan langsung melalui akun resmi Presiden Trump di Truth Social dan akun Instagram White House, yang menyebut kesepakatan ini dihasilkan dari komunikasi langsung kedua kepala negara.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, capaian tersebut merupakan wujud nyata kepemimpinan Presiden Prabowo dalam memperjuangkan kepentingan industri nasional di tingkat global. “Ini adalah langkah strategis yang sangat diapresiasi oleh para pelaku industri dalam negeri,” ujarnya di Jakarta, Rabu (16/7).
Presiden Prabowo dinilai mampu membawa keuntungan besar bagi Indonesia melalui negosiasi tersebut, bahkan memperoleh tarif yang lebih kompetitif dibandingkan negara pesaing. Hal ini menjadi modal penting dalam meningkatkan daya saing industri manufaktur Indonesia.
Menurut Menperin, kesepakatan ini membuka kembali peluang ekspor ke pasar Amerika Serikat secara lebih luas, serta memperkuat posisi produk manufaktur Indonesia di pasar global. “Penyesuaian tarif dari pihak AS akan berdampak langsung terhadap peningkatan daya saing, utilisasi industri, penciptaan lapangan kerja, hingga penguatan struktur industri nasional,” jelasnya.
Agus menjelaskan bahwa saat ini, 20 persen output sektor manufaktur Indonesia ditujukan untuk ekspor, sementara 80 persen memenuhi pasar domestik. Dari total produk ekspor tersebut, sebagian besar mengalir ke pasar Amerika. Sepanjang 2024, nilai ekspor Indonesia ke AS tercatat sebesar USD26,31 miliar atau 9,94 persen dari total ekspor nasional.
Utilisasi industri pada tahun 2024 juga tercatat sebesar 65,3 persen. Menperin optimistis, kesepakatan tarif ini akan mendorong peningkatan utilisasi produksi, terutama pada sektor industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan produk turunannya. “Ini akan berdampak langsung pada penyerapan tenaga kerja yang lebih luas,” tegasnya.
Selain hubungan dagang dengan AS, pelaku industri juga mengapresiasi tercapainya kesepakatan politik dalam perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Perjanjian tersebut dinilai akan membuka akses pasar ekspor yang lebih luas ke Eropa dan menghilangkan berbagai hambatan yang selama ini dihadapi produk manufaktur Indonesia.
“IEU-CEPA adalah perjanjian penting yang sangat ditunggu pelaku industri. Kami percaya, dengan kesepakatan ini, daya saing produk Indonesia di Eropa akan meningkat signifikan,” kata Agus.
Keberhasilan Presiden Prabowo dalam menjalin dua kesepakatan dagang strategis dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa dinilai sebagai tonggak penting dalam sejarah industri manufaktur nasional. “Beliau adalah Presiden pertama yang secara nyata memperkuat manufaktur Indonesia, khususnya yang berorientasi ekspor,” ungkap Menperin.
Agus menutup pernyataannya dengan optimisme bahwa kedua perjanjian tersebut akan memperkuat ekosistem industri manufaktur Indonesia ke depan. “Langkah ini akan mempercepat program industrialisasi nasional, sekaligus mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029 yang dicanangkan Presiden Prabowo,” pungkasnya.