(Vibizmedia – Jakarta) Kementerian Perindustrian terus berkomitmen menumbuhkan wirausaha industri baru di berbagai daerah sebagai bagian dari penguatan struktur ekonomi nasional yang tangguh dan berkelanjutan.
“Pengembangan wirausaha industri baru menjadi salah satu prioritas utama kami. Langkah ini penting untuk memperluas basis pelaku industri, meningkatkan nilai tambah dalam negeri, dan membuka lapangan kerja berkualitas,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Sabtu (19/7).
Beragam inisiatif telah dilakukan, salah satunya melalui Balai Diklat Industri (BDI) Denpasar yang berfokus mencetak SDM industri dan technopreneur muda yang kompeten di era digital. “Kita membutuhkan lebih banyak wirausaha industri baru, terutama dari generasi muda, sebagai motor penggerak transformasi industri nasional ke depan,” tambah Agus.
Mengacu pada data BPS tahun 2024, sektor ekonomi kreatif menyumbang 7,44% terhadap PDB nasional, menyerap lebih dari 14% tenaga kerja, dan menyumbang hampir 13,8% terhadap ekspor nasional. Namun, hanya kurang dari sepertiga pelaku industri kreatif yang memiliki strategi branding yang terarah.
Kepala Badan Pengembangan SDM Industri (BPSDMI), Masrokhan, mengapresiasi inisiatif BDI Denpasar, seperti pelatihan Deep Dive Corporate Master Class: Branding, yang dirancang untuk membekali peserta dengan keterampilan membangun merek yang kuat. “Dengan pelatihan berbasis kompetensi dan pendampingan intensif, kami optimistis akan lahir wirausaha industri baru yang berdampak positif bagi ekonomi lokal dan nasional,” ujarnya.
BDI Denpasar juga aktif membangun jejaring dengan pemerintah daerah, pelaku usaha, dan komunitas lokal agar alumni pelatihan dapat langsung terhubung dengan ekosistem bisnis dan berkesempatan membangun usahanya sendiri.
“Wirausaha saat ini menghadapi tantangan besar, mulai dari perubahan perilaku konsumen, dinamika gaya hidup, hingga pesatnya perkembangan teknologi. Persaingan semakin ketat dan menuntut pendekatan bisnis yang adaptif,” jelas Masrokhan.
Hal ini sejalan dengan temuan McKinsey (2024) yang menyebutkan bahwa 73% konsumen milenial dan Gen Z lebih memilih produk dari merek yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi mereka, meskipun harganya lebih tinggi. “Artinya, produk berkualitas saja tidak cukup; harus disertai nilai dan cerita yang kuat,” lanjutnya.
Kepala BDI Denpasar, Arga Mahendra, menegaskan bahwa Gedung Animasi BDI Denpasar bukan hanya menjadi tempat pelatihan, melainkan juga ruang kreatif bagi wirausahawan dan pelaku industri visual branding untuk saling berkolaborasi.
Program Deep Dive Corporate Master Class: Branding merupakan hasil kerja sama BDI Denpasar dengan Starfindo, Kinaya, dan Indogo. “Peserta akan belajar langsung dari para pakar, mulai dari membangun fondasi branding yang otentik hingga strategi menciptakan merek yang menempel di hati pelanggan,” terang Arga.
Salah satu narasumber utama adalah Julius Widiantoro, tokoh di balik branding produk ternama seperti Kopiko Signature, Prochiz, Prima, Emeron, dan Hydro Coco. “Kami berharap pelatihan ini menjadi pemicu lahirnya merek-merek lokal yang kuat dan berdaya saing global,” tutup Arga.