(Vibizmedia – Jakarta) Permintaan terhadap moda transportasi kereta api di Indonesia terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan pembangunan jalur baru yang menghubungkan pusat-pusat ekonomi. Dalam lima tahun mendatang, mobilitas penumpang diproyeksikan tumbuh 10,6% per tahun, sedangkan angkutan barang mencapai 12,3% per tahun.
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, menekankan pentingnya penguatan struktur industri dalam negeri untuk memperkuat daya saing sektor perkeretaapian nasional. Hal ini disampaikan dalam FGD bertema Potensi Pengembangan Komponen Kereta Api Dalam Negeri di Yogyakarta, Jumat (25/7).
Selain memenuhi kebutuhan domestik, Kemenperin juga mendorong perluasan pasar ekspor. Berdasarkan laporan Grand View Research (2023), nilai pasar global sarana kereta api diprediksi mencapai USD96,5 miliar pada 2030, dengan pertumbuhan tahunan 6,3%. Asia Pasifik, termasuk Indonesia, menjadi pasar potensial.
Faisol mengapresiasi peran operator seperti PT KAI, PT Kereta Commuter Indonesia, dan PT MRT Jakarta dalam peningkatan layanan dan infrastruktur, yang menjadikan kereta api moda transportasi yang aman, cepat, dan nyaman. Di sisi industri, PT INKA terus menghadirkan inovasi seperti KRL, LRT, autonomous battery tram, hingga sistem propulsi hybrid, dengan TKDN yang sudah mencapai 40–60%.
Namun, pengembangan komponen strategis seperti blok rem komposit dan roda kereta masih menjadi tantangan karena keterbatasan fasilitas uji dan investasi. Kebutuhan tahunan untuk dua komponen tersebut mencapai lebih dari 230.000 unit.
Faisol menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, industri, dan akademisi guna memperkuat daya saing dan integrasi rantai pasok. Ia berharap FGD ini menghasilkan rekomendasi kebijakan yang implementatif untuk menjawab tantangan teknis, bisnis, hingga infrastruktur pengujian.
“Kolaborasi ini diharapkan menjadi katalis percepatan transformasi sektor perkeretaapian menuju sistem transportasi modern, inovatif, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia juga mendorong peran aktif kampus dan tenaga ahli dalam pengembangan riset. Menurutnya, dinamika global saat ini menunjukkan banyak negara berupaya menghidupkan kembali sektor industrinya. Pemerintah Indonesia pun optimistis mendorong pertumbuhan ekonomi 8% dengan mengandalkan kontribusi sektor manufaktur.
PT KAI melalui Unit Rollingstock Engineering terus berupaya meningkatkan TKDN dan mengurangi ketergantungan impor komponen. Demikian pula PT INKA yang fokus mengembangkan desain dan perakitan komponen penting seperti sistem propulsi, bogie, dan carbody dari material aluminium dan stainless steel.
“INKA kini memiliki jaringan produksi dan ekspor ke berbagai negara seperti Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Australia,” ujar Direktur Pengembangan PT INKA, Roppiq Lutzfi Azhar.