(Vibizmedia – Maluku Tenggara) Pantai Ngiar Varat, Desa Ohoidertawun, Kabupaten Maluku Tenggara, menjadi saksi kehangatan dan keindahan budaya lokal dalam rangkaian kegiatan Wonderful Sail to Indonesia 2025. Para wisatawan mancanegara disambut dengan kekayaan tradisi, kuliner, dan kerajinan khas Pulau Kei yang meninggalkan kesan mendalam.
Salah satu pasangan wisatawan asal Swedia, Anna Judith Gunilla Ullman dan Anders, mengaku terpesona dengan keramahan masyarakat dan keunikan budaya yang mereka temui di Desa Disuk, Kecamatan Kei Kecil Timur.
“Ini pengalaman paling berkesan! Kami disambut tarian dan lagu, lalu mencicipi makanan lezat. Sungguh tak terlupakan!” tutur Gunilla antusias saat berada di Pantai Ngiar Varat, Jumat (25/7/2025).
Selama kegiatan, para peserta menyaksikan secara langsung proses pembuatan enbal, makanan khas berbahan dasar singkong, serta ikan abon lokal. Mereka juga mengunjungi stan-stan kerajinan, di mana Anders terlihat tertarik pada gelang akar bahar—salah satu produk unggulan kerajinan Kei.
Pemandu wisata, Sophia M. Rahajaan, menjelaskan bahwa perjalanan wisata kali ini dirancang sebagai paket lengkap yang menyatukan kerajinan tangan, kuliner lokal, dan pertunjukan budaya.
“Kami ingin memberikan pengalaman menyeluruh yang tidak hanya indah dilihat, tapi juga menyentuh hati para tamu,” ujarnya.
Kegiatan dimulai dengan lokakarya Eco Print di Desa Isso, di mana wisatawan belajar menghias kain menggunakan daun alami. Karya-karya mereka dibawa pulang sebagai kenang-kenangan dari Kei.
Setelah sesi kreatif, para tamu disuguhi makan siang khas daerah yang terdiri dari ikan bakar, cumi, sayur sir-sir, enbal bubuhuk, dan nasi putih. Perjalanan pun berlanjut ke Wain Baru dengan iringan musik dan tarian tradisional.
Di Wain Baru, wisatawan menikmati pertunjukan budaya sambil menyaksikan langsung proses pengolahan makanan tradisional, serta mencicipi berbagai hasil laut segar. Anak-anak setempat turut memeriahkan suasana dengan menampilkan Tarian Samra, yang memukau penonton.
Petualangan budaya ditutup dengan kunjungan ke Desa Disuk melalui jalur laut. Setibanya di sana, peserta disambut dua perahu tradisional yang menyajikan ngatun—siput laut khas Kei—sebagai bagian dari pengalaman kuliner di atas laut.
“Di Disuk, kami disambut dengan tarian dan lagu tradisional, benar-benar meriah!” ungkap Sophia. Para tamu juga berkesempatan membeli kerajinan tangan lokal, dengan gelang akar bahar menjadi salah satu favorit.
Sebagai penutup, para wisatawan dan warga berkumpul dalam jamuan makan malam yang diiringi lagu-lagu khas Kei dan tarian kolosal. Malam penuh kehangatan itu menjadi penanda ikatan persahabatan yang terjalin erat antara masyarakat lokal dan para tamu dari berbagai penjuru dunia.