Perumnas Gandeng Pemerintah, Wujudkan Hunian Vertikal Layak dan Terjangkau di Pusat Kota

0
134
Komitmen Perumnas adalah mendukung percepatan revitalisasi kawasan hunian dan pengembangan hunian subsidi vertikal. (Foto: Perumnas)

(Vibizmedia – Jakarta) Program revitalisasi rumah susun (rusun) dan pengembangan hunian vertikal bersubsidi di pusat kota dinilai sebagai langkah strategis untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat perkotaan.

Pengamat Infrastruktur dan Tata Kota Yayat Supriatna menegaskan, rusun memiliki banyak keunggulan, mulai dari kualitas bangunan yang lebih baik, sanitasi yang optimal, pasokan air bersih memadai, hingga pencahayaan yang sehat.

“Revitalisasi rusun sangat penting untuk mengatasi kawasan kumuh. Hunian vertikal mampu menyediakan lingkungan yang lebih sehat, bangunan lebih kokoh, dan fasilitas dasar yang memadai,” ujar Yayat di Jakarta, Jumat (25/7).

Tantangan Hunian di Jakarta

Menurut Yayat, keterbatasan hunian terjangkau serta rendahnya daya beli masyarakat menjadi pemicu munculnya kawasan kumuh. Data BPS mencatat, hanya 56% penduduk Jakarta yang memiliki rumah sendiri. Sebagian besar warga berpenghasilan rendah terpaksa tinggal di pinggiran kota, memicu tingginya biaya transportasi yang dapat mencapai 30–40% dari pengeluaran bulanan.

Karena itu, ia menilai revitalisasi rusun adalah solusi paling realistis bagi kota besar seperti Jakarta. Langkah ini juga sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang mengadopsi konsep sukses pembangunan hunian vertikal di Singapura.

“Presiden sudah menegaskan, warga kota perlu diarahkan tinggal di rumah susun, seperti di Singapura,” imbuh Yayat.

Solusi Atasi Backlog Perumahan

Program ini bukan hanya memperbaiki tata ruang kota, tetapi juga menekan backlog perumahan dan mendukung target satu juta rumah di wilayah perkotaan. Yayat mendorong kolaborasi erat antara pemerintah pusat dan daerah agar penyediaan rusun tepat sasaran.

Ia mengusulkan agar sebagian anggaran bantuan sosial Pemprov DKI Jakarta yang mencapai Rp17–18 triliun per tahun dialihkan untuk memfasilitasi perpindahan warga ke rusun. Yayat juga menekankan pentingnya memprioritaskan generasi produktif usia 25–40 tahun—generasi Z dan milenial—sebagai penerima manfaat utama.

“Kelompok usia produktif lebih mudah diarahkan pindah ke rusun dibandingkan generasi yang lebih tua,” jelasnya.

Penataan Budaya dan Gaya Hidup Kota

Lebih dari sekadar pembangunan fisik, Yayat melihat revitalisasi rusun sebagai upaya mengubah pola hidup masyarakat perkotaan.

“Jakarta tidak akan pernah menjadi kota global jika warganya tidak ikut berubah,” tegasnya.

Peran Strategis Perumnas

Yayat juga menyoroti pentingnya peran Perumnas, yang memiliki rekam jejak panjang dalam penyediaan hunian terjangkau di kawasan seperti Depok dan Bekasi. Ia mendorong pemerintah memberikan dukungan penuh kepada Perumnas, termasuk lewat kerja sama dengan Himbara, untuk mengembalikan kejayaannya seperti era 1970-an.

Proyek rusun yang telah dimiliki Perumnas, seperti Klender dan Alonia Kemayoran, menurut Yayat perlu segera dioptimalkan melalui penambahan tower dan integrasi transportasi umum seperti KRL dan TransJakarta.

Komitmen Perumnas

Plt. Direktur Utama Perumnas Tambok Setyawati menegaskan, perusahaan siap mendukung percepatan revitalisasi dan pengembangan hunian vertikal bersubsidi.

“Proyek seperti Klender dan Alonia Kemayoran membuktikan bahwa hunian layak dan terjangkau masih bisa diwujudkan di tengah kota untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),” kata Tambok.

Ia menambahkan, Perumnas tidak sekadar membangun fisik, tetapi juga menciptakan ekosistem hunian yang manusiawi, produktif, dan sesuai kebutuhan generasi muda kota. Perumnas siap bersinergi dengan pemerintah pusat, daerah, dan lembaga keuangan untuk memperluas jangkauan program ini.