Literasi Digital Keluarga Jadi Kunci Cegah Kecanduan Gawai Anak

0
181
Foto: Kelly Sikkema

(Vibizmedia Kecanduan gawai di kalangan anak semakin memprihatinkan dan perlu diantisipasi sejak dini. Pakar literasi digital Gun Gun Siswadi mengingatkan, tanda awal seperti anak menarik diri dari pergaulan dan terganggu pola tidurnya harus segera direspons oleh orang tua.

“Begitu perilaku anak berubah, segera rancang strategi pendampingan. Jangan tunggu sampai koneksi sosial anak terputus,” ujarnya dalam diskusi literasi digital, Rabu (30/7/2025).

Gejala umum kecanduan gawai meliputi anak lebih memilih menyendiri di kamar, enggan berinteraksi, serta langsung kembali ke gawai meski sedang bersama keluarga. Perubahan pola tidur—seperti begadang, sulit bangun pagi, atau jam tidur tidak teratur—juga menjadi sinyal penting yang tak boleh diabaikan.

Data BPS 2024 menunjukkan, 39,71% anak usia dini di Indonesia sudah menggunakan ponsel dan 35,57% mengakses internet. Bahkan, 5,88% bayi di bawah usia 1 tahun sudah terpapar gawai. Angka ini meningkat seiring usia: 37,02% anak 1–4 tahun dan 58,25% anak 5–6 tahun menggunakan ponsel.

UNICEF mencatat, setiap setengah detik satu anak di dunia pertama kali mengakses internet. Di Indonesia, pengguna internet mencapai 221 juta orang, dengan 9,17% di antaranya berusia di bawah 12 tahun. Kondisi ini membuat anak rentan terhadap paparan konten berbahaya dan ancaman digital.

Dari Pengawas Menjadi Pendamping
Gun Gun menekankan, peran orang tua di era digital harus berkembang dari sekadar mengawasi menjadi pendamping aktif dan teladan. Orang tua perlu memahami platform aman, mengatur kontrol orang tua, membangun budaya digital sehat di rumah, dan mencegah paparan konten berbahaya sejak dini.

Ia menyarankan literasi digital keluarga tidak lagi menjadi pilihan, tetapi kewajiban. Langkah praktis yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Batasi screen time anak usia sekolah dasar maksimal 1–2 jam per hari.
  2. Terapkan zona bebas gawai di rumah, seperti ruang makan dan kamar tidur.
  3. Gunakan fitur parental control dan browser ramah anak.
  4. Lakukan dialog rutin soal keamanan digital dan etika online.
  5. Ikuti pelatihan literasi digital dari sekolah atau komunitas.

“Ketika orang tua bijak menggunakan gawai, anak akan meniru. Role model pertama ada di rumah,” tegasnya.

Literasi digital bukan hanya soal teknologi, tapi juga perlindungan anak dari risiko dunia maya. Semua pihak diajak membangun ekosistem digital yang sehat, aman, dan berpihak pada masa depan anak Indonesia.