Harga Blueberry Diprediksi Turun Usai Perjanjian Dagang Indonesia–Peru Berlaku

0
139
Buah Blueberry
Blueberry. FOTO: WIKIPEDIA

(Vibizmedia-Nasional) Harga buah blueberry di Indonesia diyakini akan lebih terjangkau setelah berlakunya Indonesia–Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA). Perjanjian dagang ini membuka akses pasar untuk sejumlah komoditas dari Peru ke Indonesia, termasuk blueberry, dengan pembebasan tarif masuk 0 persen.

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, mengatakan kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong masuknya produk berkualitas ke pasar domestik. “Kalau harga kan berfluktuasi, tapi yang penting kita memberikan fasilitas supaya masuk yang lebih bagus,” ujarnya di Jakarta, Selasa (12/8/2025).

Selain blueberry, produk Peru lainnya yang mendapatkan pembebasan tarif meliputi ekstrak nabati, kakao, citrus, dan berbagai buah segar lainnya. Secara total, 10.531 pos tarif akan masuk ke Indonesia dengan bea masuk 0 persen. Sebagai timbal balik, Peru juga membebaskan tarif untuk lebih dari 90 persen produk Indonesia, termasuk mobil, alas kaki, tekstil, kelapa sawit, mesin cetak, hingga kertas.

Menurut Djatmiko, kesepakatan ini diharapkan memperkuat hubungan perdagangan bilateral sekaligus membuka peluang di kawasan Amerika Latin. “Kita saling melengkapi, mudah-mudahan ini memperkuat postur perdagangan Indonesia, baik dengan Peru maupun secara kawasan,” jelasnya.

Saat ini, harga blueberry di e-commerce bervariasi, mulai Rp80 ribu hingga Rp170 ribu tergantung ukuran dan merek. Dengan bebas tarif, harga diharapkan lebih bersaing di pasar domestik.

Berdasarkan data perdagangan 2024, lima komoditas ekspor utama Indonesia ke Peru adalah mobil dan kendaraan bermotor lainnya (USD120,8 juta), alas kaki berbahan tekstil (USD21,8 juta), minyak sawit dan pecahannya (USD21,4 juta), lemari es dan pompa panas (USD16,5 juta), serta alas kaki berbahan kulit (USD14,9 juta).

Sementara itu, lima komoditas utama impor Indonesia dari Peru adalah biji kakao (USD87,6 juta), batu bara dan briket (USD15,6 juta), pupuk mineral/kimia fosfat (USD14,1 juta), anggur segar maupun kering (USD11,5 juta), dan seng yang tidak ditempa (USD5 juta).