Industri Manufaktur Indonesia Tetap Tumbuh, IKI Agustus 2025 Sentuh 53,55

0
165
Foto: Kemenperin

(Vibizmedia – Jakarta) Kinerja industri manufaktur Indonesia kembali menunjukkan tren positif. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Agustus 2025 tercatat 53,55, naik 0,66 poin dibanding bulan sebelumnya (52,89) dan lebih tinggi 1,15 poin dari periode sama tahun lalu (52,40).

Menurut Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief, penguatan IKI didorong oleh meningkatnya indeks pesanan (57,38) dan persediaan produk (57,04). Meski demikian, indeks produksi turun menjadi 44,84 akibat sebagian perusahaan menahan proses produksi, menunda pembelian bahan baku, serta terdampak pembatasan pasokan gas industri.

“Gas HGBT terbukti menjadi faktor vital bagi daya saing industri nasional. Kepastian harga dan pasokan akan menentukan keberlanjutan produksi sekaligus investasi,” jelas Febri. Ia mengapresiasi langkah cepat Kementerian ESDM dalam menjamin pasokan gas bagi sektor industri.

Dari 23 subsektor yang dianalisis, 21 di antaranya mencatat ekspansi dengan kontribusi 95,6 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II 2025. Industri alat angkutan lainnya serta pencetakan dan reproduksi media rekaman tercatat paling tinggi pertumbuhannya, sementara subsektor barang logam dan reparasi mesin masih mengalami kontraksi.

Kinerja pasar juga menguat. IKI berorientasi ekspor naik menjadi 54,11, ditopang lonjakan ekspor nonmigas 12,56 persen (yoy), sementara IKI domestik mencapai 52,64 seiring permintaan dalam negeri yang solid dan inflasi yang terkendali di 2,37 persen.

Optimisme pelaku usaha ikut menguat. Sebanyak 79,8 persen menyatakan kondisi usaha stabil atau membaik, dan ekspektasi untuk enam bulan ke depan juga meningkat, dari 67,6 persen di Juli menjadi 68,1 persen di Agustus.

Febri menegaskan, IKI lebih representatif dibanding PMI karena melibatkan 2.500–3.000 responden industri dari 23 subsektor, sehingga mencerminkan kondisi nyata manufaktur nasional. “Hasil IKI juga sejalan dengan data pertumbuhan industri yang dirilis BPS, sehingga dapat dijadikan acuan yang valid,” pungkasnya.