BNPB Perkuat Sistem Peringatan Dini Banjir Lahar Dingin di Gunung Semeru

0
200
Sensor Peringatan Dini
Pemasangan sensor peringatan dini Automatic Rain Gauge (ARG) dan Automatic Weather Station (AWS) di kawasan Gunung Semeru, Jawa Timur pada September 2025. FOTO: BNPB

(Vibizmedia-Nasional) Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur, tercatat sebagai salah satu gunung api paling aktif di Indonesia. Saat ini, tingkat aktivitas gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut tersebut berada pada Level II (Waspada). Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sepanjang tahun 2025 Semeru telah mengalami erupsi sebanyak 2.449 kali.

Selain erupsi, ancaman sekunder berupa banjir lahar dingin juga menjadi risiko tinggi terutama saat memasuki musim hujan. Tiga daerah aliran sungai (DAS) yang paling berpotensi terdampak adalah Sungai Besuk Kobokan di Kecamatan Pronojiwo, Sungai Besuk Lanang di Desa Supiturang, serta Sungai Regoyo di Kecamatan Candipuro.

Sejarah mencatat, pada April 2024, banjir lahar dingin akibat intensitas hujan tinggi melanda Kabupaten Lumajang. Peristiwa tersebut mengakibatkan sembilan kecamatan terdampak, puluhan fasilitas infrastruktur rusak, delapan jembatan putus total, dan menelan korban jiwa dua orang warga di Kecamatan Candipuro.

Menyikapi potensi serupa, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkuat sistem peringatan dini (EWS) di kawasan Gunung Semeru. Upaya ini dilakukan bersama PVMBG, BMKG, dan BPBD Kabupaten Lumajang dengan dukungan Pemerintah Swiss melalui Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC).

BNPB menambahkan empat unit Automatic Rain Gauge (ARG) atau penakar hujan otomatis yang dipasang di Pos Pengamat Gunungapi (PGA) Gunung Sawur, Stasiun Ranu Kumbolo, Stasiun Besuk Bang, dan Stasiun Tawon Songo. Selain itu, satu unit Automatic Weather Station (AWS) dipasang di Stasiun Argosuko. Seluruh perangkat dilengkapi panel surya dan sistem teletransmisi untuk memperkuat jaringan pemantauan yang sudah ada.

“Dengan tambahan sensor ini, pemantauan dapat dilakukan lebih komprehensif dari hulu hingga hilir, sehingga kesiapsiagaan masyarakat semakin meningkat,” ujar perwakilan BNPB dalam keterangan tertulis.

Sistem baru ini juga diarahkan untuk memperkuat kesiapsiagaan di empat desa prioritas, yakni Jugosari, Gondoruso, Pasrujambe, dan Kertosari. Harapannya, peringatan dini dapat diterima lebih cepat sehingga risiko korban jiwa maupun kerugian akibat banjir lahar dingin dapat ditekan semaksimal mungkin.