(Vibizmedia – Gaya Hidup) Siapa yang tidak kenal roti ‘baguette’? Roti tawar berbentuk panjang seperti tongkat dengan rasa renyah berpadu keras ini adalah makanan roti bangsa Prancis. Rasa roti ini berasa tawar berbaur dengan rasa gurih. Roti ini juga memiliki sejarah tersendiri bagi bangsa “Ayam Jago” Eropa Barat ini sejak awal abad ke-20. Bahkan pernah ada catatan sejarah bahwa Napoleon pernah memerintahkan pasukannya untuk membawa roti ‘baguette” sebagai bekal makanan dalam peperangan. Maka dapat disimpulkan bahwa roti ‘baguette’ adalah roti bangsa Prancis.
Pada abad ke-19, Prancis datang ke negara-negara Indochina seperti Vietnam, Kamboja dan Laos. Tiap tiap negara jajahannya diwariskan roti lapis asal Prancis yang tentu saja berbahan baku roti “baguette”dan diisi dengan muatan lokal seperti daging olahan segar, sayuran dan berbagai bumbu.
Menarik sekali ketika mengunjungi kota Vientiane yang merupakan ibukota Laos. Di pinggiran jalan, banyak warga yang menjual roti tawar. Dan tak jarang yang menjajakan roti panjang Prancis alias ‘baguette’. Namun yang paling istimewa adalah ketika menemukan penjaja keliling yang menawarkan roti isi khas bangsa Laos, yang mereka namakan Khao Chi Pâté.
Kalau dilihat secara kasat mata, Khao Chi pâté adalah sandwich berbentuk panjang, karena bahan bakunya adalah roti panjang ‘baguette’ asal Prancis. Rasanya sangat menarik dan tergoda untuk mencicipinya selagi berada di negara Laos.
Maka di pagi hari yang cerah itu, saya menghampiri seorang wanita pedagang roti lapis ini. Ia menjajakan dagangan roti lapisnya dalam sebuah stand yang tidak jauh dari sebuah kantor pemerintahan di kota Vientianne. Pelanggan yang sering datang membeli roti lapis ini, banyak yang berasal dari pegawai kantor pemerintahan setempat. Mereka mengantri menunggu sang pedagang meracik roti lapis “Khao Chi pâté”.
Tidak lupa dengan olesan mayones dan sambal pedas. Kemudian roti isi ‘Khao chi pâté” dibungkus dengan kertas dan diikat dengan karet gelang. Sang pedagang tersenyum dan berterimakasih Ketika kami membayar dengan uang kip. Ia mengatakan “ghob chai laì laì..” yang artinya, “Terimakasih banyak…”
Penduduk Laos memang ramah dan baik hati. Kami membawa bungkusan roti isi “Khao chi pâté” dengan perasaan senang. Roti isi yang ada dalam genggaman tangan adalah warisan kuliner bangsa Prancis yang tetap hidup di negara Seribu Gajah, Laos. Rasanya Khao chi pâté adalah perpaduan antara bangsa Barat dan Timur. Ketika sampai di rumah, roti isi “khao chi pâté” dipotong-potong dan dapat dimakan oleh 5 orang sebagai sarapan pagi yang nikmat.










