Pemerintah Genjot Hilirisasi Kelapa, Mentan Amran: Nilai Ekspor Bisa Naik 100 Kali Lipat

0
150
Kelapa
Kelapa. FOTO: KEMENTAN

(Vibizmedia-Nasional) Pemerintah akan mempercepat program hilirisasi hasil perkebunan, salah satunya komoditas kelapa. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa Indonesia tidak lagi akan mengekspor kelapa mentah, melainkan mengolahnya menjadi produk bernilai tambah tinggi seperti santan.

Amran mengungkapkan, selama ini Indonesia mengekspor kelapa hingga 2,8 juta ton dengan nilai sekitar Rp 24 triliun. Namun, nilai tersebut bisa meningkat berkali lipat jika seluruh hasil kelapa diolah di dalam negeri.

“Rencana kita, kelapa ini tidak dijual gelondongan ke luar negeri. Total volumenya 2,8 juta ton per tahun,” ujar Amran di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (9/10/2025).

Menurut hitungan Kementerian Pertanian, apabila kelapa diolah menjadi produk turunan seperti santan (coconut milk), nilainya bisa naik hingga 100 kali lipat, atau setara Rp 2.400 triliun.

“Kita hitung rata-rata saja, itu bisa menghasilkan Rp 2.400 triliun. Katakanlah separuh saja, dikali 50%, itu sudah bisa menghasilkan Rp 1.200 triliun devisa. Itu baru kelapa,” tegas Amran.

Selain kelapa, pemerintah juga menargetkan hilirisasi pada kakao, kopi, mete, dan pala. Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan devisa negara, tetapi juga memperkuat ekonomi desa serta menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

“Kita akan berikan benih dan bibit kepada seluruh petani Indonesia untuk kakao, kopi, kelapa dalam, mete, dan pala. Luasannya sekitar 800 ribu hektare di seluruh Indonesia, dan itu gratis,” jelas Amran.

Dari program hilirisasi tersebut, pemerintah menargetkan akan terbuka 1,6 juta lapangan kerja baru dalam waktu paling lambat dua tahun.

Kebijakan hilirisasi ini merupakan bagian dari strategi besar pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong kemandirian ekonomi nasional dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

Amran menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar di sektor perkebunan, dan sudah saatnya nilai tambahnya dinikmati di dalam negeri.

“Kita harus berhenti mengekspor bahan mentah. Semua harus diolah di dalam negeri agar nilai tambahnya dirasakan oleh petani dan rakyat Indonesia,” kata Amran.