
(Vibizmedia-Nasional) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat kerja sama strategis antara pelaku industri dalam dan luar negeri untuk mempercepat transisi menuju sistem energi yang lebih bersih, efisien, dan berkelanjutan. Langkah ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mewujudkan kemandirian energi nasional serta memperkuat daya saing industri hijau Indonesia.
“Transformasi industri menuju energi bersih merupakan keniscayaan. Pemerintah terus membuka peluang bagi investasi yang mampu menghadirkan inovasi, efisiensi, serta mendukung target pengurangan emisi karbon,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 14 Oktober 2025.
Pernyataan tersebut disampaikan usai pertemuan bilateral Menperin dengan Jiangxi Jovo Energy Co. Ltd, perusahaan energi asal Tiongkok, di Shanghai pada Jumat (10/10).
Agus menekankan bahwa pengembangan infrastruktur energi, baik dari sumber gas maupun energi terbarukan, menjadi bagian penting dalam membangun ekosistem industri yang berdaya saing global. Ia menilai potensi kerja sama dengan Jovo Energy, yang berpengalaman dalam pengelolaan Liquefied Natural Gas (LNG) dan teknologi energi bersih, dapat mendukung percepatan pembangunan infrastruktur energi di Indonesia.
“Potensi distribusi LNG di Indonesia sangat besar, mengingat pemerintah tengah memperluas pemanfaatan LNG untuk kebutuhan domestik dan ekspor. LNG menjadi solusi fleksibel karena tidak bergantung pada jaringan pipa. Teknologi ini memungkinkan distribusi energi hingga ke wilayah terpencil melalui kapal atau moda transportasi efisien lainnya,” jelas Agus.
Selain itu, pemerintah juga membuka ruang kolaborasi bagi industri energi global untuk berkontribusi dalam proyek-proyek energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya dan inisiatif daur ulang gas. “Kami menyambut baik peran perusahaan seperti Jovo Energy yang memiliki keahlian dalam teknologi bersih,” katanya.
Lebih lanjut, Menperin menyoroti peluang besar investasi di sektor Dimetil Eter (DME) sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Kebutuhan domestik Indonesia terhadap DME diperkirakan mencapai 11 juta ton per tahun, sehingga membuka peluang besar bagi investor yang dapat menghadirkan teknologi efisien dan ramah lingkungan.
“Investasi di bidang DME tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga membuka ruang transfer teknologi serta peningkatan kemampuan industri dalam negeri,” tutur Agus.
Dalam konteks ini, Jovo Energy disebut berpotensi menjadi mitra penting dengan membawa keahlian dalam teknologi gasifikasi untuk memproduksi DME secara kompetitif di Indonesia.
Kemenperin menegaskan, kolaborasi investasi yang berfokus pada efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon akan menjadi fondasi utama bagi masa depan industri nasional. Didukung oleh kebijakan pemerintah, infrastruktur energi yang berkembang, dan potensi pasar yang luas, Indonesia diyakini mampu menjadi mitra utama investor global dalam membangun rantai pasok energi yang tangguh dan berkelanjutan.
“Melalui kerja sama yang sinergis, kita dapat mewujudkan industri nasional yang tidak hanya produktif dan berdaya saing, tetapi juga ramah lingkungan serta berorientasi pada masa depan energi hijau,” jelas Agus.