Sembilan Kawasan Industri Baru Dorong Investasi dan Lapangan Kerja di Indonesia

0
42
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. FOTO: KEMENPERIN

(Vibizmedia-Nasional) Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa pembangunan kawasan industri di Indonesia terus menunjukkan kemajuan signifikan. Dalam satu tahun terakhir, terdapat penambahan sembilan kawasan industri baru di berbagai wilayah, menandakan meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek sektor manufaktur nasional.

“Pertumbuhan kawasan industri merupakan bukti nyata bahwa Indonesia masih menjadi destinasi utama investasi sektor manufaktur di kawasan Asia. Sembilan kawasan industri memperkuat ekosistem manufaktur dalam negeri yang telah ada sebelumnya,” ujar Menperin Agus di Jakarta, Selasa (21/10).

Kesembilan kawasan industri baru tersebut meliputi IPIP Sulawesi Tengah, I-Sentra Jawa Timur, Huadi Bantaeng Industrial Park Sulawesi Selatan, Kawasan Industri Cikembar II Jawa Barat, Kawasan Industri Losarang Jawa Barat, Purwakarta Integrated Industrial Park Jawa Barat, Kawasan Industri Pulau Penebang Kalimantan Barat, Kawasan Industri Seafer Jawa Tengah, dan Kawasan Industri Tembesi Kalimantan Barat.

Dengan tambahan tersebut, luas lahan kawasan industri meningkat 4,81% atau setara 4.468,68 hektare, disertai peningkatan jumlah tenant sebanyak 132 perusahaan (naik 1,12%). Pertumbuhan ini berkontribusi langsung terhadap kenaikan investasi sebesar Rp571,58 triliun (naik 9,26%) dan penciptaan 310.000 lapangan kerja baru, meningkat 15% dibanding tahun sebelumnya.

Selain pengembangan kawasan industri, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga memperluas akses pasar global bagi produk manufaktur Indonesia melalui berbagai kerja sama internasional. Tahun 2025 menjadi tonggak penting karena Indonesia resmi bergabung dalam BRICS, Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership (ICA-CEP), dan Indonesia–Peru Comprehensive Economic Partnership (IPE-CEP). “Kerja sama ini diyakini akan memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok global serta membuka peluang ekspor baru bagi industri dalam negeri,” jelas Agus.

Dalam upaya memperkuat daya saing industri kecil dan menengah, pemerintah meluncurkan program Kredit Industri Padat Karya (KIPK) yang memberikan pembiayaan untuk revitalisasi mesin dan peningkatan produktivitas dengan plafon Rp500 juta–Rp10 miliar, subsidi bunga 5%, dan tenor hingga 8 tahun. Hingga Oktober 2025, telah ditetapkan 13 lembaga penyalur dengan total plafon Rp754 miliar dan target 357 debitur.

Kemenperin juga menerbitkan Permenperin Nomor 37 Tahun 2025 tentang Standar Kegiatan Usaha Berbasis Risiko untuk mempermudah investasi. Selain itu, 89 perusahaan di 116 lokasi telah ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional Industri (OVNI) untuk menjamin keberlanjutan industri strategis.

Berbagai insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, dan investment allowance turut mendorong investasi hingga mencapai Rp827,8 triliun selama periode Oktober 2024–Oktober 2025, tumbuh 6,44% dari tahun sebelumnya.

Dalam melindungi industri nasional, pemerintah menerapkan kebijakan trade remedies, di antaranya Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) terhadap 5 produk impor dan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap 7 produk impor. “Langkah ini penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan pasar dan keberlanjutan industri dalam negeri,” tegas Agus Gumiwang.

Dari sisi standardisasi dan inovasi, terdapat 5.113 Standar Nasional Indonesia (SNI) aktif di bidang industri, dengan tambahan 88 rancangan standar baru serta 72 Standar Industri Hijau (SIH). Upaya ini mendukung penurunan emisi karbon sebesar 7,2 juta ton CO₂e pada 2024.

Kemenperin juga mencatat 100 perusahaan telah memperoleh predikat Champion INDI 4.0, 29 perusahaan berstatus National Lighthouse, dan dua perusahaan mencapai Global Lighthouse, menandai kemajuan transformasi digital industri nasional.

Dari sisi sumber daya manusia, hingga saat ini telah dihasilkan 4.595 lulusan SMK dan 2.644 lulusan politeknik dari pendidikan vokasi industri. Selain itu, 2.587 peserta mengikuti pelatihan vokasi dan 713 orang memperoleh sertifikasi kompetensi internasional. Program kelas internasional dan magang luar negeri di Jepang dan Tiongkok juga terus diperluas untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten di pasar global.

“Di tengah ketidakpastian global, industri kita tetap tangguh dan menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. Semua keberhasilan ini adalah hasil kerja keras bersama antara pemerintah, dunia usaha, dan seluruh pemangku kepentingan industri,” kata Agus Gumiwang.

Agus Gumiwang optimistis, dengan kebijakan yang adaptif, sinergi lintas sektor, dan semangat inovasi yang berkelanjutan, industri Indonesia akan semakin mandiri, tangguh, dan berdaya saing global.