(Vibizmedia – Jakarta) Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar menerima audiensi dari perwakilan VivaTech, konferensi internasional yang berfokus pada inovasi dan teknologi untuk menarik investasi global. Pertemuan yang berlangsung di Telaga Senayan, Jakarta, pada Sabtu (25/10/2025) ini membahas promosi global Indonesia, peluang business matching, serta peningkatan eksposur internasional bagi sektor ekonomi kreatif.
“Kami melihat banyak negara kini menjadikan ekonomi kreatif sebagai agenda nasional, seperti Korea, Jepang, dan Amerika Serikat yang telah berhasil mengembangkannya. Karena itu, saat Indonesia hadir di VivaTech nanti, kami ingin kehadiran tersebut memberi dampak nyata — bukan sekadar seremonial — melainkan menghasilkan kesepakatan konkret dalam membangun ekosistem ekonomi kreatif dan menarik investasi,” ujar Irene.
Ia menambahkan, Indonesia juga berencana memperkenalkan Intellectual Property (IP) yang mengangkat unsur budaya lokal sebagai bentuk kolaborasi potensial dengan para pelaku industri kreatif dunia.
VivaTech sendiri merupakan ajang tahunan di Paris yang mempertemukan inovator global, startup, dan investor dalam satu wadah internasional. Tahun depan, VivaTech akan merayakan satu dekade penyelenggaraan dan berencana menghadirkan maskot inovasi untuk memberikan pengalaman berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Kami ingin menjajaki kolaborasi lintas sektor yang tidak hanya terbatas pada riset, tetapi juga bagaimana dunia memandang Indonesia sebagai pasar teknologi yang potensial. Indonesia memiliki kekuatan besar dalam mengadopsi dan menggunakan teknologi. Karena itu, kami ingin menjadikan kreativitas dan pengembangan startup teknologi sebagai strategi untuk membangun jejaring dengan akselerator global dan venture capital,” ungkap Irene, didampingi Direktur Gim, Luat S.P. Sihombing.
Sementara itu, Deputi Bidang Kreativitas Digital dan Teknologi, Muhammad Neil El Himam, menekankan pentingnya memanfaatkan VivaTech sebagai ajang untuk memperkuat pembangunan ekonomi kreatif berbasis teknologi, sekaligus meningkatkan visibilitas global Indonesia.
“Kami berharap Indonesia tidak hanya berbicara soal inovasi dan teknologi, tetapi juga membawa isu-isu penting seperti Web3, keamanan siber, dan kecerdasan buatan (AI). Dengan begitu, VivaTech bisa menjadi platform interaktif untuk menjalin koneksi dan kolaborasi bisnis berkelanjutan,” jelasnya.
Menanggapi hal itu, Head of VivaTech, Francois Bitouzet, menegaskan komitmen VivaTech sebagai wadah untuk menghubungkan ekosistem kreatif dan bisnis internasional. “Kami ingin VivaTech menjadi tempat bagi ide dan inovasi yang dibutuhkan dunia dalam transformasi teknologi. Setiap tahun, kami berusaha menghadirkan semacam World Expo of Innovation yang menjadi ajang ‘soft power’ bagi inovator global,” ujarnya.
Kementerian Ekonomi Kreatif menyambut positif inisiatif ini dan menyatakan kesiapan untuk berkolaborasi dalam perayaan 10 tahun VivaTech yang akan digelar lebih spektakuler. “Kami ingin perayaan ini tidak hanya untuk komunitas teknologi, tetapi juga bagi para pelaku ekonomi kreatif global,” ungkap Irene.
Dalam kesempatan yang sama, CEO Steinberg Protocol, Guillaume Catala, menambahkan, “Setiap orang punya ide, tetapi tantangan terbesar adalah bagaimana melindungi dan memonetisasinya. Karena itu, kita perlu bersinergi memperkuat ekosistem startup berbasis inovasi teknologi.”









