Indonesia Siap Jadi Pusat Pertumbuhan dan Inovasi Tekstil Global

0
52
Foto: Kemenperin

(Vibizmedia – Yogyakarta) Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan kesiapan Indonesia menjadi mitra strategis sekaligus pusat inovasi dan pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dunia. Hal tersebut ia sampaikan dalam pidatonya pada ITMF & IAF World Fashion Convention Annual Conference 2025 di Yogyakarta, Jumat (24/10).

“Indonesia hadir bukan sekadar sebagai tuan rumah, tetapi sebagai mitra strategis yang siap berperan aktif dalam memajukan industri tekstil global. Sektor TPT Indonesia telah terbukti tangguh, adaptif, dan kompetitif di tengah ketidakpastian global,” ujar Menperin Agus.

Ia menyebut, industri TPT kini tak lagi dianggap sebagai sunset industry. Selama tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, sektor ini tumbuh sebesar 5,39% dan menyumbang 0,98% terhadap PDB nasional.

Untuk menjaga momentum tersebut, Kemenperin menerapkan sejumlah kebijakan kunci, di antaranya:

  1. Kemudahan investasi melalui PP No. 28 Tahun 2025 tentang Perizinan Berusaha Berbasis Risiko yang disederhanakan lewat sistem OSS terbaru.
  2. Program Restrukturisasi Mesin dan Peralatan, yang berhasil meningkatkan kapasitas produksi hingga 21,75% serta efisiensi energi 11,86%.
  3. Skema Kredit Industri Padat Karya senilai Rp20 triliun untuk membantu hingga 10.000 pelaku industri tekstil dan apparel berekspansi.
  4. Fasilitas Masterlist Impor Barang Modal, yang memberikan pengecualian bea masuk untuk peningkatan efisiensi produksi.
  5. Insentif fiskal, seperti tax holiday, tax allowance, investment allowance, dan super deduction tax untuk mendorong riset serta pendidikan vokasi.

“Langkah-langkah ini menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat ekosistem industri tekstil yang tangguh, berkelanjutan, dan berdaya saing global,” ujar Menperin.

Kinerja ekspor TPT Indonesia juga menunjukkan daya saing kuat, khususnya di pasar Amerika Serikat. Produk TPT HS 61 (pakaian dan aksesori rajutan) menempati posisi komoditas surplus perdagangan terbesar kedua Indonesia dengan nilai USD 1,86 miliar.

Menperin menambahkan, Indonesia kini masuk dalam lima besar produsen tekstil paling efisien di dunia. Misalnya, di subsektor pemintalan benang, biaya produksi nasional sebesar USD 2,71 per kilogram — lebih efisien dari India, Tiongkok, dan Turki.

“Angka-angka tersebut menjadi bukti nyata bahwa industri TPT Indonesia memiliki fondasi kuat untuk terus tumbuh dan berinovasi,” ujarnya.

Menperin menutup dengan menegaskan keyakinannya bahwa di tengah tantangan geopolitik, perubahan iklim, dan disrupsi digital, Indonesia tetap memiliki peluang besar. “Indonesia siap menjadi mitra tepercaya industri tekstil global untuk membangun pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan di masa depan,” tegasnya.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa, turut mengapresiasi langkah pemerintah yang terus melahirkan kebijakan berpihak pada industri padat karya. “Dengan dukungan regulasi yang kuat, posisi industri tekstil Indonesia akan semakin kokoh menghadapi persaingan global,” ujarnya.