
(Vibizmedia – Jakarta) Indonesia kembali mencuri perhatian kawasan Asia berkat performa makroekonomi yang stabil dan kebijakan fiskal yang kredibel. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi harga konsumen utama sebesar 2,86 persen secara tahunan (Year-on-Year/YoY) dan 2,10 persen secara tahun kalender (Year-to-Date/YtD), menunjukkan keberhasilan Indonesia menjaga kestabilan harga di tengah ketidakpastian global.
Chief Economist Juwai IQI Global, Shan Saeed, menilai capaian tersebut sebagai bukti disiplin kebijakan ekonomi nasional.
“Moderasi inflasi di kisaran 2–3 persen mencerminkan ketepatan kebijakan moneter Bank Indonesia dan efektivitas pengelolaan fiskal yang terukur,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (4/11/2025).
Selain inflasi yang terkendali, nilai tukar rupiah juga relatif stabil sepanjang 2025, memperkuat kepercayaan publik terhadap ortodoksi moneter Indonesia. Kinerja ini menegaskan ketahanan eksternal ekonomi nasional dan keseimbangan antara stabilitas harga serta dorongan pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan berada pada kisaran 5,0–5,8 persen menempatkan Indonesia sebagai salah satu ekonomi berkembang paling tangguh di Asia. Menurut Shan Saeed, kombinasi inflasi rendah dan pertumbuhan solid merupakan “cawan suci” manajemen makroekonomi modern.
“Koeksistensi antara inflasi rendah dan pertumbuhan kuat menjadi fondasi perlindungan daya beli sekaligus penggerak pembentukan modal produktif,” jelasnya.
Sinergi kebijakan antara pemerintah dan otoritas moneter turut memperkuat kepercayaan investor dan menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pasar Modal dan FDI Perkuat Optimisme Investor
Pasar modal Indonesia juga menunjukkan tren positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh sekitar 7,5 persen secara tahunan dan 2,9 persen dalam sebulan terakhir, mencapai kisaran 8.272 poin. Dengan rasio P/E sekitar 13,1, valuasi pasar masih berada dalam level wajar dan sejalan dengan rata-rata historis.
“Sentimen pasar saham tetap konstruktif, sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Saeed.
Sementara itu, arus investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) menunjukkan kepercayaan global terhadap daya tarik ekonomi Indonesia. Sepanjang 2024, FDI mencatat arus masuk bersih sekitar USD24,1 miliar. Sektor logam dan mesin menjadi penyerap terbesar (23,4 persen), disusul telekomunikasi dan transportasi (11,2 persen), kimia dan farmasi (9,6 persen), serta pertambangan (9,4 persen).
Saeed menegaskan bahwa momentum tersebut memperkuat reputasi Indonesia sebagai magnet bagi modal berkualitas, berkat arsitektur kebijakan reformis dan kedalaman institusional yang semakin solid.
Kredibilitas Kebijakan dan Ketahanan Nasional
Keberhasilan menjaga inflasi rendah, pertumbuhan stabil, pasar saham yang reli, serta arus FDI yang meningkat mencerminkan kedaulatan makro Indonesia. Terkendalinya ekspektasi inflasi memberi ruang bagi kebijakan moneter untuk tetap ekspansif tanpa menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan.
Investor global menaruh optimisme tinggi pada Indonesia karena arah kebijakan yang jelas, bonus demografi potensial, dan komitmen kuat terhadap transisi energi. Pemerintah berkomitmen menjaga stabilitas makro jangka panjang sebagai kunci daya saing investasi nasional.
Dengan inflasi yang diperkirakan menurun menuju ambang 2 persen dan pertumbuhan PDB sekitar 5,8 persen, Indonesia kini tampil sebagai teladan ketahanan makroekonomi di kawasan ASEAN.
“Indonesia adalah tangan yang stabil di tengah turbulensi global, sekaligus simbol kemakmuran yang disiplin,” tutur Shan Saeed.
Fondasi Kuat di Tengah Dinamika Global
Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, menambahkan bahwa kinerja ekonomi nasional terus menunjukkan tren positif di tengah ketidakpastian global. Pada triwulan II-2025, ekonomi tumbuh solid sebesar 5,12 persen (YoY), didorong inflasi terkendali dan sinergi efektif kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di level 115, menandakan optimisme masyarakat tetap tinggi. Aktivitas ekonomi domestik meningkat dengan pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) sebesar 5,8 persen (YoY), serta investasi langsung yang mencapai Rp1.434 triliun per September 2025—naik 13,7 persen dan menyerap hampir dua juta tenaga kerja.
Di sisi eksternal, neraca perdagangan masih surplus USD29,14 miliar, sementara cadangan devisa dan ketahanan perbankan tetap kuat menjaga stabilitas sistem keuangan.
Keseluruhan indikator ini memperlihatkan arah yang konsisten: ekonomi Indonesia terus melaju dengan fondasi kokoh, kepercayaan pasar yang solid, serta kebijakan yang menyeimbangkan stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan.
            
		


                            
                            




