Dialog Otomotif Indonesia–Jepang Dorong Akselerasi Kendaraan Rendah Karbon

0
67
Foto: Kemenperin

(Vibizmedia – Jakarta) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat kolaborasi dengan berbagai mitra internasional guna mendorong pengembangan industri otomotif nasional yang berkelanjutan dan berdaya saing global. Upaya ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam mempercepat transformasi menuju kendaraan rendah emisi serta memperkuat rantai pasok otomotif di dalam negeri.

Salah satu langkah strategis tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan The 6th Indonesia–Japan Automobile Dialogue dan The 1st Biofuel Co-Creation Task Force Meeting yang berlangsung di Jakarta pada 11 November 2025. Forum ini menjadi ajang penting bagi kedua negara untuk memperdalam kerja sama dalam pengembangan teknologi otomotif masa depan.

“Kami mengapresiasi terselenggaranya forum strategis ini, sebagai hasil kerja sama antara Kemenperin RI dan Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Jepang dalam mendorong percepatan mobilitas rendah karbon melalui pendekatan multiple pathways, termasuk kendaraan elektrifikasi dan biofuel,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Rabu (12/11).

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Setia Diarta menambahkan bahwa pemerintah juga terus mendorong pemanfaatan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. “Pemerintah berkomitmen mencapai Net Zero Emission pada 2060, dan Kemenperin mendukung penuh melalui program Low Carbon Emission Vehicle (LCEV),” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa program LCEV mencakup pengembangan berbagai teknologi, termasuk mesin fleksibel yang mampu menggunakan biofuel. “Kami berharap inisiatif yang dibangun dapat memberikan dampak nyata di seluruh rantai industri, baik di sektor hulu maupun hilir,” tambahnya.

Senada dengan itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor untuk mempercepat adopsi energi bersih. Ia menyampaikan bahwa pemerintah tengah menjalankan berbagai program biofuel seperti biodiesel, bioetanol, bioavtur/SAF, dan green diesel (HVO), serta menargetkan penerapan E10 pada 2028. “Keberhasilan implementasi membutuhkan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, terutama terkait kesiapan infrastruktur,” katanya.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Rachmat Kaimuddin, turut menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara ketahanan energi, pertumbuhan ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. “Kami berupaya mengurangi impor energi yang saat ini masih mencapai 20–30%, khususnya minyak untuk sektor transportasi. Dengan target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2030, keberlanjutan fiskal harus tetap terjaga,” ujarnya.

Dari pihak Jepang, Director General of Manufacturing Industries Bureau METI, Tanaka Kazushige, menyebutkan bahwa Indonesia memiliki peran strategis sebagai basis industri dan ekspor otomotif di kawasan. “Kombinasi kekayaan bioenergi Indonesia dan keunggulan teknologi Jepang diyakini akan memperkuat masa depan industri otomotif. Kerja sama ini melibatkan pemerintah dan sektor swasta,” katanya.

Forum tersebut juga membahas kerja sama teknis dalam Biofuel Co-Creation Task Force antara METI, JAMA, dan Kementerian ESDM, termasuk pengujian dan standardisasi E10 dan B50 serta rencana produksi etanol dan HVO pada 2027. Perwakilan METI dan JAMA menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah Indonesia, Pertamina, GAIKINDO, dan JAMA dalam memperkuat kebijakan biofuel nasional dan mendorong transisi energi bersih melalui pendekatan multiple pathways.

Perkembangan program biofuel nasional turut dipaparkan oleh Edi Wibowo dari Kementerian ESDM dan Lies Aisyah dari LEMIGAS, termasuk implementasi B40 dan persiapan uji B50 yang melibatkan proyek Cilacap dan Plaju Green Refinery. Partisipasi industri juga terlihat melalui kontribusi PT Kilang Pertamina Internasional dan APSENDO, yang menyoroti potensi molases sebagai bahan baku bioetanol.

Acara ini turut dihadiri sejumlah kementerian, lembaga, pelaku usaha, dan asosiasi seperti Kemenko Perekonomian, Kemenhub, BRIN, BPDPKS, Pertamina, Patra Niaga, GAIKINDO, AISI, GIAMM, ITB, dan Komite Teknis 27-04 Bioenergi Cair.

Dengan terselenggaranya forum tersebut, kerja sama strategis Indonesia–Jepang di sektor otomotif diharapkan semakin kuat, mendukung pertumbuhan industri yang berkelanjutan, serta mempercepat pencapaian target carbon neutrality.