Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi Pertama Kali dalam Enam Kuartal

0
46
Shibuya Crossing
SHIBUYA CROSSING. FOTO: VIBIZMEDIA.COM/DEVIYANI SIAHAAN

(Vibizmedia-Nasional) Ekonomi Jepang kembali berada di zona negatif pada kuartal III-2025, menandai kontraksi pertama dalam enam kuartal terakhir. Berdasarkan data yang dilansir CNBC International, Produk Domestik Bruto (PDB) negeri tersebut turun 1,8% secara tahunan (yoy) pada periode Juli–September. Secara kuartalan (quarter-to-quarter), PDB juga mengalami penurunan 0,4%, sekaligus menjadi pelemahan pertama sejak awal 2024.

Meski demikian, kontraksi tersebut lebih kecil dari perkiraan pasar, berkat konsumsi pemerintah dan swasta yang masih tumbuh meski tipis. Permintaan publik tercatat naik 2,2% yoy, terutama didorong oleh belanja pemerintah yang tetap kuat. Sebaliknya, permintaan swasta merosot 1,8% akibat anjloknya investasi residensial lebih dari 32%.

Pada kuartal III-2025, ekspor Jepang jatuh 4,5% secara tahunan, dan turun 1,2% dibandingkan kuartal sebelumnya. Padahal pada kuartal II, ekspor masih membukukan pertumbuhan 2,3%.

Dalam beberapa bulan terakhir, ekspor Jepang tertekan oleh tarif Amerika Serikat yang membuat pengiriman ke Negeri Paman Sam terlambat bangkit. Sejak Mei, ekspor terus mencatat kontraksi selama empat bulan berturut-turut sebelum akhirnya kembali tumbuh pada September. Jepang dan AS telah mencapai kesepakatan dagang pada Juli lalu, menurunkan tarif dari 25% menjadi 15% yang berlaku mulai 7 Agustus, namun dampaknya baru mulai terasa secara bertahap.

Kontribusi dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah menjadi penopang di tengah pelemahan sektor lainnya. Konsumsi pemerintah tumbuh 0.5%, sementara konsumsi swasta meningkat 0.1% secara kuartalan.

Namun demikian, pelemahan permintaan swasta secara keseluruhan menjadi beban terbesar PDB, mencukur 0,3 poin persentase dari pertumbuhan total. Investasi residensial turun tajam 9,4% qoq, terpengaruh oleh regulasi baru yang memperketat standar konservasi energi pada semua proyek pembangunan mulai 1 April 2024.

Di pasar keuangan, reaksi investor tampak moderat. Yen melemah tipis terhadap dolar AS, sementara indeks Nikkei 225 turun 0,29%. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun naik 3 basis poin menjadi 1,73%, menunjukkan penyesuaian pasar atas outlook ekonomi yang lebih lemah.

Ekonom S&P Global Market Intelligence, Harumi Taguchi, memperkirakan pertumbuhan Jepang akan pulih dalam beberapa kuartal mendatang, seiring memudarinya dampak aturan perumahan baru serta mulai berjalannya manfaat dari kesepakatan tarif AS–China yang menurunkan beban tarif timbal balik.

Kondisi pelemahan ekonomi ini juga diprediksi akan memperkuat agenda Perdana Menteri baru, Sanae Takaichi, yang berkomitmen menggulirkan stimulus fiskal besar untuk memastikan pemulihan ekonomi Jepang tetap berada pada jalurnya.