BMKG: Indonesia Kurang Siaga Hadapi Siklon Tropis, Bibit Siklon Senyar Terdeteksi Sejak 21 November

0
86
Bibit Siklon
Bibit Siklon. DOK: BMKG

(Vibizmedia-Nasional) Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani mengungkapkan bahwa potensi cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah Indonesia sudah terpantau sejak delapan hari sebelumnya. Hal itu disampaikan Faisal usai menghadiri rapat bersama Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Menurut Faisal, sejumlah anomali atmosfer menjadi pemicu meningkatnya potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari terakhir.
“Delapan hari sebelumnya kita mendeteksi akan terjadi cuaca ekstrem, karena ada anomali di atmosfer, ada monsoon Asia, ada seruakan dingin dari arah utara. Jadi dengan kondisi ini, kita memprediksi adanya cuaca ekstrem sejak delapan hari lalu,” ujar Faisal.

Bibit Siklon Senyar Terdeteksi 21 November

Faisal juga menjelaskan bahwa bibit Siklon Senyar mulai terdeteksi pada 21 November 2025 pukul 07.00 UTC atau 14.00 WIB. Setelah mendeteksi bibit tersebut, BMKG langsung melakukan diseminasi informasi kepada berbagai pemangku kepentingan.

“Empat hari sebelum siklon terjadi pada tanggal 25 itu, bibitnya sudah terdeteksi tanggal 21. Itu kita lakukan desiminasi informasi, SMS blasting, WA blasting, dan sebagainya ke grup BPBD daerah,” katanya.

Indonesia Kurang Siap Hadapi Siklon

Faisal mengakui bahwa kesiapsiagaan Indonesia terhadap fenomena siklon tropis belum optimal. Salah satu penyebabnya adalah karena secara historis Indonesia bukan wilayah yang dianggap rawan siklon tropis.

“Sejak dari kita tumbuh, kita tidak merasa bahwa Indonesia ini adalah daerah rawan terhadap siklon. Siklon biasanya terjadi pada daerah di atas 5 derajat lintang utara atau selatan,” jelasnya.

Negara-negara yang berada di lintang tersebut seperti Jepang, Taiwan, Filipina, dan Hong Kong disebutnya jauh lebih siap karena sering mengalami siklon. Bahkan, kata Faisal, bibit siklon yang muncul di utara Papua hampir setiap tahun bergerak melintasi Filipina dan berhenti di Laut Cina Selatan dengan frekuensi lebih dari 10 kali setahun.

“Kita berada di wilayah khatulistiwa, sehingga siklon tropis bukan kejadian yang lazim. Siklon yang muncul di Indonesia biasanya merupakan akibat anomali cuaca dan atmosfer.”

Mitigasi Bencana Hidrometeorologi Sudah Cukup Kuat

Meski begitu, Faisal menegaskan bahwa Indonesia cukup siap dalam penanganan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.

“Ketika diberi informasi soal siklon, persiapannya cukup banyak. Kita menyiapkan personel di daerah, drainase mulai dibersihkan agar siap mengalirkan air, semua bersiaga, masyarakat juga menyiapkan bahan makanan untuk menghadapi kemungkinan isolasi,” terangnya.

BMKG terus berkoordinasi dengan BPBD, BNPB, dan berbagai instansi lain untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari kondisi cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi dalam beberapa hari ke depan.