53 Jam Perjalanan Tanpa Wi-Fi Menuju San Francisco

Setiap penumpang yang menempuh perjalanan panjang Amtrak akan dihadapkan pada pilihan besar, duduk di kelas ekonomi atau mengambil kamar kecil bernama roomette di gerbong sleeper.

0
52
Amtrak

(Vibizmedia – Gaya Hidup & Hiburan) Happy hour hari Minggu, beberapa menit setelah kereta Amtrak berangkat dari Union Station Chicago, suasananya sudah hangat dan penuh canda. Para penumpang di ruang observasi Superliner terus bertanya satu sama lain, “Sejauh apa kamu pergi?”

Perjalanan panjang dengan rute California Zephyr ternyata merupakan perpaduan antara pesta pemandangan spektakuler dan uji ketahanan tubuh maupun mental. Perjalanan ditempuh penuh dari Chicago sampai San Francisco, 53 jam, 33 perhentian, dan melintasi tujuh negara bagian—cara yang jelas lebih mahal dan jauh lebih lama dibandingkan naik pesawat.

Bukan hanya satu orang yang sengaja terbang ke Chicago demi kereta yang terkenal sebagai rute terindah Amtrak ini. Ada sebuah keluarga dari Seattle yang datang merayakan ulang tahun ke-11 putra mereka yang gemar kereta. Ada pula rombongan dari Atlanta dan North Carolina yang siap menjalani marathon Mexican Train Dominoes menjelang Thanksgiving.

Jika dibayangkan dari cerita atau membaca ulasan di Reddit, perjalanan itu terdengar seperti siksaan. Tapi ternyata justru menjadi cara yang mengejutkan damai untuk menghadapi—dan bahkan menikmati—kesibukan musim liburan. Semua ini terjadi tanpa Wi-Fi, tanpa kamar mandi pribadi, tanpa shower, dan tanpa tidur yang layak.

Kelas Ekonomi atau Sleeper

Setiap penumpang yang menempuh perjalanan panjang Amtrak akan dihadapkan pada pilihan besar, duduk di kelas ekonomi atau mengambil kamar kecil bernama roomette di gerbong sleeper.

Untuk perjalanan tiga hari dua malam itu, tiket menit terakhir kelas ekonomi harganya 433 dolar. Roomette mencapai 1.200 dolar dan sudah termasuk tiga kali makan di gerbong makan. Kamar yang memiliki kamar mandi dan shower pribadi—dengan harga lebih dari 2.500 dolar—telah habis terjual. Sementara itu, tiket pesawat menit terakhir satu arah dari Chicago ke San Francisco hanya sekitar 500 dolar. (Harga roomette berlaku per kamar, sehingga dapat digunakan dua orang.)

Sudah pernah melakukan banyak hal kurang mewah demi pekerjaan, seperti berbagi kamar mandi dengan host Airbnb hingga berkemah di ajang Nascar. Tetapi tiga hari tanpa tempat tidur nyaman dan tanpa ruang pribadi bukan sesuatu yang ingin dialami lagi, terlebih dengan tenggat pekerjaan yang menunggu setelah tiba di tujuan.

Karena itu, pilihan jatuh pada roomette, dua kursi yang saling berhadapan di siang hari dan bisa dilipat menjadi tempat tidur malam hari, serta ranjang atas untuk penumpang kedua. Seorang teman yang sangat suka video kereta di YouTube sempat menawarkan diri ikut, namun bepergian sendiri ternyata jauh lebih tepat mengingat ruangnya sangat terbatas.

Meski sempit, kamar itu tidak sampai menyiksa. Kepala sempat beberapa kali membentur ranjang atas, suhu kamar naik-turun meski pengaturan sudah diubah beberapa kali, dan cahaya tetap menyelinap meski tirai direkatkan velcro. Tetapi masih cukup ruang untuk berganti pakaian, duduk santai menikmati pemandangan, bahkan sesekali makan siang di kamar. Kasur, selimut, dan bantalnya pun mengejutkan karena cukup nyaman.

Kesalahan terbesar selama perjalanan, bila tidak membawa ear plug yang benar-benar kedap suara. Kamar berada di bagian depan rangkaian (gerbong 520, kamar 20), sehingga klakson terdengar nyaris tanpa henti sepanjang malam.

Terbangun hampir setiap jam pada malam pertama dan beberapa kali pada malam kedua meskipun sudah memakai ear plug dari amenity kit Delta Air Lines serta meminum Benadryl. Guncangan pada malam pertama bahkan lebih terasa dibandingkan perjalanan melintasi Atlantik dengan kapal pesiar yang baru-baru ini dilakukan. Karyawan Amtrak menyalahkan kondisi rel dari Nebraska menuju Colorado yang memang kurang mulus.

Duduk Bersama Orang Asing

Bagian terbaik dari perjalanan ini bukan hanya pemandangan Colorado yang menakjubkan. Justru momen paling berkesan hadir dari interaksi dengan sesama penumpang. Pada puncak perjalanan, lebih dari 200 orang berada di dalam kereta.

Karena tidak ada yang sedang dikejar waktu, obrolan yang tercipta terasa jauh lebih hangat dibandingkan pertemuan singkat di bandara atau pesawat. Bahkan permainan—termasuk Yahtzee!—menjadi bagian dari kenangan istimewa yang akan sulit terlupakan.