BGN Operasikan Dapur Darurat Penuhi Kebutuhan Gizi Warga Terdampak Banjir Bandang di Pidie Jaya

0
51
Dapur darurat
Suasana dapur umum di posko tanggap darurat di Aceh Tenggara. FOTO: BNPB

(Vibizmedia-Nasional) Badan Gizi Nasional (BGN) melalui Kantor Program Makan Bergizi (MBG) mengoperasikan dapur darurat untuk memenuhi kebutuhan pangan warga terdampak banjir bandang di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Kebijakan ini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Kantor Pelayanan Pemenuhan Gizi (KPPG) Aceh–Sumut Nomor B-021/06.01.01/11/2025, yang mengarahkan seluruh Sentra Penyediaan Pangan Gizi (SPPG) untuk sementara dialihkan menjadi dapur darurat selama masa tanggap bencana.

Belum berjalannya kegiatan belajar-mengajar di sejumlah sekolah juga membuat porsi harian Program Makan Bergizi (MBG) dialihkan langsung ke desa-desa dan posko pengungsian.

“Fokus kami adalah memastikan hak gizi masyarakat tetap terpenuhi, terutama anak-anak dan kelompok rentan. Pada masa darurat, pangan tidak boleh menjadi hambatan bagi pemulihan warga,” ujar Muhammad Ahlul Udzri, Koordinator Wilayah BGN Kabupaten Pidie Jaya, di Posko Induk Meureudu, Selasa (9/12).

Layanan Gizi Tetap Berjalan Meski Banyak SPPG Terdampak

Hingga 9 Desember 2025, dari total 12 SPPG, hanya empat yang dapat beroperasi akibat keterbatasan bahan baku dan gas. Meski demikian, kapasitas distribusi masih dapat dipertahankan di kisaran 2.000–3.500 porsi per hari, disesuaikan dengan kondisi masing-masing sentra.

Relawan lapangan yang bertugas mencakup Kepala SPPG, ahli gizi, tim akuntansi, asisten lapangan, hingga relawan lokal. Mereka bekerja sejak pagi hari untuk menyiapkan makanan dan mendistribusikannya langsung ke posko-posko pengungsian di sejumlah gampong terdampak banjir.

Ahlul menjelaskan bahwa tantangan paling berat pada awal operasi adalah terputusnya rantai pasok pangan.
“Pasar lokal juga terdampak banjir sehingga beberapa bahan pokok sulit didapat. Tapi tim tetap bergerak, berpindah dari satu pasar ke pasar lain agar konsumsi anak-anak tidak terputus,” ujarnya.

Menu Bergizi Tetap Disediakan di Tengah Keterbatasan

Menu dapur darurat disusun sesuai standar pemenuhan gizi BGN namun tetap menyesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di pasar daerah. Ahli gizi SPPG juga memberikan pendampingan khusus bagi kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, dan ibu menyusui (kelompok 3B) agar kebutuhan nutrisi harian tetap terpenuhi.

“Walaupun situasi darurat, standar gizi tidak boleh diturunkan. Anak-anak harus tetap mendapatkan makanan yang layak dan aman,” tegas Ahlul.

Distribusi Menembus Wilayah Terisolasi

Untuk menjangkau beberapa lokasi yang masih terisolasi, tim SPPG bekerja sama dengan BPBD, TNI/Polri, dan relawan desa. Akses yang rusak membuat sebagian distribusi dilakukan dengan berjalan kaki sambil membawa boks makanan.

“Ada wilayah yang tidak bisa dilewati kendaraan karena jembatannya rusak. Jadi relawan kami berjalan kaki membawa paket makanan. Yang penting, tidak ada anak dan lansia yang terlewat,” katanya.

Koordinasi dan Protokol Higienitas Jadi Prioritas

BGN bersama BPBD, pemerintah daerah, dan TNI/Polri melakukan koordinasi harian untuk memastikan distribusi aman dan pelayanan dapur darurat tidak terhenti meski berada dalam situasi krisis.

Seluruh SPPG tetap menerapkan SOP higienitas dan keamanan pangan sesuai standar BGN, mulai dari seleksi bahan baku, pemasakan, penyimpanan, hingga pengemasan makanan.

Ahlul menegaskan bahwa kualitas makanan tidak boleh dikompromikan.
“Makan bergizi adalah hak masyarakat. Di saat seperti ini justru asupan aman dan higienis sangat krusial bagi anak-anak dan kelompok rentan,” ujarnya.