Gerakan Tangkal Hoaks Milenial, Memilih Tidak Golput Saat Pilpres

0
786
Gerakan Tangkal Fitnah di Media Center TKN, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 28 Maret 2019. FOTO: TKN

(Vibizmedia-Nasional) Banyaknya informasi fitnah terhadap Joko Widodo yang merupakan calon presiden nomor urut 01, anak muda yang lebih akrab disebut milenial, memilih tidak akan golput dalam Pilpres 17 April yang akan datang.

Hal ini diungkapkan dalam diskusi rutin sejumlah milenial dengan tema “Kata Milenial tentang Hoax dan Golput” yang digelar Gerakan Tangkal Fitnah (GTF) di Media Center TKN, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/3).

Alumnus UGM Yashinta Sekarwangi sampaikan walaupun kami seringkali cuek terhadap urusan politik, kami sebenarnya sudah tahu dan menyadari bahwa sebenarnya banyak sekali informasi yang merupakan fitnahan terhadap Pak Jokowi. Jadi pokoknya kami sudah mengerti kok ungkapnya.

GTF ini, secara rutin mengamati dan menganalisis pola persebaran hoaks yang ditujukan kepada Calon Presiden Jokowi dan Calon Wakil Presiden Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin.

Menurut Yashinta, yang akrab disapa Anggi sampaikan seringkali generasi milenial sampai malas mengikuti berita politik karena isinya kebanyakan adalah berita hoaks.

Sementara Ketua Pemuda Tani Rina Saadah mengakui Jokowi merupakan figur yang selama ini menjadi sasaran fitnah terbanyak. Berdasarkan laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika pekan lalu, sejak bulan Februari telah terjadi peningkatan jumlah hoaks secara masif. Sebanyak 498 hoax telah terjaring yang berarti hampir tiap hari setidaknya terdapat 17 jenis hoax yang beredar.

Padahal sebelumnya Kominfo mengidentifikasi 771 hoax sejak bulan Agustus 2018 hingga Februari 2019, yang artinya terdapat sekitar 3 hingga 4 jenis setiap harinya. GTF mengindentifikasi kaum milenial yang berjumlah sekitar 30 persen dari populasi menjadi target penyebaran hoaks tersebut.

Sedangkan Peneliti Gerakan Tangkal Fitnah Syafril Nazirudin mengatakan jenis hoaks yang beredar memiliki pola mengulang-ulang seperti isu PKI/Komunis, kriminalisasi ulama, TKA Asing-Cina, utang luar negeri, pengangguran dan harga barang mahal serta tentang buruknya penyelenggaraan pemilu.

Kami dipaksa mempercayai narasi hoaks komunisme, yang ada sebelum kami lahir. Lah kami kan juga belajar sejarah, bahkan termasuk peristiwa 98 tegass peneliti yang sedang menempuh pendidikan pasca sarjana dibidang politik itu. Syafril berpandangan hoaks yang banyak beredar itu sengaja diciptakan selain untuk mendelegitimasi pemerintahan Jokowi, juga dimaksudkan untuk mendorong kaum millenial untuk tidak hadir dalam pemilu nanti.

Aktivis Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), sayap organisasi kepemudaan Partai Golkar Avicenna sampaikan kami tidak akan golput walaupun hoaks itu membuat kebingungan dan Ia pun berpesan kepada millenial jadilah pemilih cerdas dan berintegritas jangan termakan hoaks, semburan hoaks yang semakin banyak saat ini berusaha menutupi mata masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Jokowi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here