(Vibizmedia – Forex) – Tampaknya mengakhiri perdagangan forex pekan ini hari Jumat (10/05) dolar AS kembali akan mencetak pelemahan secara mingguan 2 pekan berturut, pasalnya beberapa hari terakhir terus tertekan terhadap banyak rival utamanya oleh kemelut perang dagang AS-China.
Dan masuki perdagangan forex sesi Asia hari ini dibuka lebih lemah dari perdagangan sebelumnya dan bergerak negatif mendekati posisi support kuat hariannya secara indeks. Terhadap rivalnya terpantau berusaha bergerak rebound, seperti dengan yen Jepang bangkit dari posisi terendah 3-1/2 bulan.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan mata uang dolar AS terhadap beberapa rival mata uang utama melemah 0,35 persen di 97.37 setelah dibuka pada posisi 97.49. Sebagai informasi, perdagangan sesi Amerika sebelumnya yang berakhir beberapa saat lalu ditutup pada posisi 97.48 yang telah anjlok 0,30%.
Semalam dolar alami tekanan yang kuat dari sentimen memilih mata uang safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang eskalasi ketegangan perdagangan AS-China.
Anjloknya dolar juga dipengaruhi oleh beberapa data ekonomi yang kurang mengesankan seperti defisit perdagangan AS melebar ke $50,0 miliar di Maret dari $49,3 miliar di bulan Februari. Kemudian Departemen Tenaga Kerja juga merilis laporan yang menunjukkan harga produsen meningkat sejalan dengan perkiraan ekonom di bulan April, indeks PPI naik 0,2 persen pada April setelah naik 0,6 persen pada Maret. Kenaikan harga sesuai harapan.
Departemen Tenaga Kerja juga melaporkan klaim pertama kali untuk tunjangan pengangguran AS kurang dari yang diharapkan dalam pekan yang berakhir 4 Mei, klaim merosot ke 228.000, penurunan 2.000 dari tingkat minggu sebelumnya 230.000.
Untuk katalis penggerak sentimen forex pada harin ini terdapat momen dari kalender ekonomi baik di kawasan Asia, Eropa dan Amerika. Di Asia terdapat rilis data kebijakan moneter RBA dan di Eropa terdapat data produksi industri Eurozone dan data PDB Inggris secara bulanan dan juga kuartalan. Lalu di sesi Amerika terdapat rilis data tingkat inflasi AS.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang