(Vibizmedia – Nasional) Kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia lebih menguntungkan, jika pembelian dilakukan oleh bank sentral yang berasal dari negara lain dibandingkan dengan pembelian oleh pihak investor swasta.
Lebih menguntungkan dikarenakan bank sentral asing memiliki orientasi jangka panjang bukan hanya mencari keuntungan sesaat saja. Dengan tenor diatas 5 tahun dengan modal yang besar tidak cepat keluar dan masuk, sanggup menahan maturity lima sampai 10 tahun. Sampai dengan bulan awal Juli 2015 penerbitan SBN mencapai Rp 2.151 triliun dimana 39,48% atau sebesar Rp 535 triliun dimiliki oleh asing.
Kepemilikan asing, porsi terbesarnya terdiri dari bank sentral sebesar Rp 102 triliun, asset manager sebesar Rp 147 triliun dan reksa dana sebesar Rp 182 triliun. Kepemilikan asing di obligasi negara merupakan investor yang mapan, memiliki standar kebijakan yang jelas ketika terjadi gejolak perekonomian yang menghantam pasar keuangan, dana yang dimiliki bank sentral tidak akan hilang begitu saja, berbeda dengan investor swasta lebih memilih jangka pendek yang sifatnya spekulatif.
Dengan posisi SBN yang sudah diatas 30% saat ini, akan berdampak pada ekonomi Indonesia jika tidak dikelola dengan baik dan ini menjadi kekhawatiran Bank Indonesia (BI), ungkap Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Senin (13/7). Kekhawatiran yang dimaksud bukan berada pada tingkat prosentasenya tetapi pada struktur, posisi investor dengan kepemilikan jangka panjang dan jangka pendek karena jika hanya diisi oleh jangka pendek kemungkinan akan mengakibatkan spekulasi.
Journalist : Rully
Editor : Mark Sinambela









